Kamis, 14 Maret 2013

Senin, 11 Febuari 2013




قَالَ سَعْدُ بن عُبَادَةَ : لَوْ رَأَيْتُ رَجُلا مَعَ امْرَأَتِي لَضَرَبْتُهُ بِالسَّيْفِ غَيْرَ مُصْفَحٍ، فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ؟ وَاللَّهِ لأَنَا أَغْيَرُ مِنْ سَعْدٍ، وَاللَّهُ أَغْيَرُ مِنِّي، وَمِنْ أَجْلِ غَيْرَةِ اللهِ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَلا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعُذْرُ مِنَ اللَّهِ، ومِنْ أَجْلِ ذَلِكَ بَعَثَ المُبَشِّرِينَ وَالمُنْذِرِينَ، وَلا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْمِدْحَةُ مِنَ اللَّهِ وَمِنْ أَجْلِ ذلِكَ وَعَدَ اللهُ الْجَنَّةَ ( صحيح البخاري)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang tetap dan selalu melimpahkan kebahagiaan, rahmat dan anugerah kepada hamba-hambaNya sepanjang waktu dan zaman. Bulan Rabi’ Al Awwal yang penuh dengan keluhuran telah meninggalkan kita, bulan cinta dan kerinduan telah meninggalkan kita, kita tidak mengetahui apakah di tahun yang akan datang kita masih akan menemui bulan Rabi’ Al Awwal ataukah kita telah dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala.
Meskipun bulan cinta dan kerinduan itu telah pergi meninggalkan kita, namun cahaya Rabi’ Al Awwal, cahaya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tetap berpijar hingga zaman ini berakhir dan berganti dengan kehidupan yang kekal dan abadi, cahaya keluhuran sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menuntun hamba-hamba Allah subhanahu wata’ala menuju cinta dan kasih sayangNya, menuju kelembutan dan pengampunanNya, hingga sedemikian banyak hamba-hambaNya sampai pada keluhuran, kebahagiaan, dan cinta Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala sangat mencintai hamba-hambaNya melebihi kecintaan antara makhluk satu sama lainnya. Sebagaimana riwayat hadits Shahih Al Bukhari yang kita baca ketika sayyidina Sa’ad bin Ubadah Ra berkata :
لَوْ رَأَيْتُ رَجُلا مَعَ امْرَأَتِي لَضَرَبْتُهُ بِالسَّيْفِ غَيْرَ مُصْفَحٍ
“Jika aku melihat seorang lelaki bersama istriku, niscaya aku akan memukulnya dengan pedang tanpa ada pengampunan untuknya”.
Sehingga sampailah kabar tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ؟ وَاللَّهِ لأَنَا أَغْيَرُ مِنْ سَعْدٍ، وَاللَّهُ أَغْيَرُ مِنِّي، وَمِنْ أَجْلِ غَيْرَةِ اللهِ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَلا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعُذْرُ مِنَ اللَّهِ، ومِنْ أَجْلِ ذَلِكَ بَعَثَ المُبَشِّرِينَ وَالمُنْذِرِينَ، وَلا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْمِدْحَةُ مِنَ اللَّهِ وَمِنْ أَجْلِ ذلِكَ وَعَدَ اللهُ الْجَنَّةَ
“ Apakah kalian takjub dengan kecemburuan Sa’ad?, demi Allah sungguh aku lebih pencemburu daripada Sa’ad, dan Allah lebih pencemburu dariku, oleh karena kecemburuan Allah itu, Dia (Allah) mengharamkan perbuatan keji baik yang tampak atau yang tersembunyi, dan tidak ada yang lebih menyukai memberi maaf dari Allah, oleh karena itu AAllah mengutus orang-orang yang memberi kabar gembira dan yang memberi peringatan (Utusan-utusan Allah). Dan tiada yang lebih menyukai pujian daripada Allah, oleh karena itu Allah menjanjikan surga”
Hal tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih pencemburu daripada sayyidina Sa’ad dan hal ini menunjukkan bahwa kecintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih besar daripada seluruh cinta orang lain kepada yang lainnya. Kita ketahui bahwa cemburu munculnya dari cinta, maka jika ada seseorang yang mencintai orang lain melebihi kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam merasa cemburu akan hal tersebut, dan Allah subhanahu wata’ala lebih pencemburu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menunjukkan bahwa kecintaan Allah subhanahu wata’ala lebih besar daripada kecintaan semua makhluk.
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan di dalam Fath Al Bari tentang makna ucapan tersebut diantaranya adalah untuk memberi kefahaman dan penjelasan terhadap sayyidina Sa’ad bin Ubadah bahwa tidak seharusnya beliau marah berlebihan karena kecemburuannya itu, karena ia lebih berhak untuk lebih mencintai Allah subhanahu wata’ala dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam daripada kecintaannya kepada istrinya. Dan juga dapat kita fahami dari hadits tersebut bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin memalingkan perhatian para shahabat dari kebencian terhadap Sa’ad bin Ubadah dan membawa mereka untuk memahami bagaimana kecintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap seluruh ummat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Allah subhanahu wata’ala jauh lebih Mencintai seluruh makhlukNya daripada kecintaan makhlukNya kepada sesama. Kemudian disebutkan dalam hadits tersebut bahwa karena kecemburuan Allah itulah maka Allah subhanahu wata’ala mengharamkan perbuatan-perbuatan hina baik perbuatan yang secara terang-terangan ataupun yang tersembunyi.
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan hal ini dimaksudkan bahwa Allah subhanahu wata’ala menginginkan hamba-hambaNya untuk tidak menjauh dari Allah subhanahu wata’ala, karena jika seorang hamba banyak melakukan perbuatan hina maka ia akan semakin dekat dengan kemurkaanNya dan menjauh dari kasih sayangNya. Namun demikian Allah subhanahu wata’ala Maha Pemaaf sebagaimana disebutkan dalam hadits tersebut, bahwa tiadalah yang lebih menyukai memaafkan (memberi maaf) daripada Allah subhanahu wata’ala, meskipun semua di alam semesta ini tidak memaafakan kita, namun Allah subhanahu wata’ala tetap memberi maaf, sehingga Allah subhanahu wata’ala mengutus para utusanNya dari nabi dan rasul untuk menuntun hamba-hamba yang terjebak dalam perbuatan dosa menuju kepada jalan yang luhur dan diridhai Allah subhanahu wata’ala.
Allah subhanahu wata’ala menyediakan maaf bagi hamba-hamba yang terjebak dalam kehinaan, bahkan Allah subhanahu wata’ala menyukai memaafkan, maka janganlah pernah berputus asa bagi yang telah terjebak dalam kehinaan dosa. Dan disebutkan dalam hadits tersebut bahwa tiadalah yang lebih menyukai pujian daripada Allah, oleh karena itulah Allah subhanahu wata’ala menjanjikan surga (untuk orang-orang yang memujiNya), demikian riwayat yang terdapat dalam Shahih Al Bukhari. Adapun di dalam Shahih Al Muslim disebutkan : “oleh karena itulah Allah subhanahu wata’ala menciptakan surga”, yaitu untuk orang-orang yang memujiNya subhanahu wata’ala.
Hadits tersebut berkaitan erat dengan pembahasan kita malam hari ini dalam kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah karya Hujjatul Islam Al Imam Ahmad Bin Zen Al Habsyi. Sebagaimana pembahasan kita masih dalam bab tentang pujian kepada Allah subhanahu wata’ala. Kita fahami bahwa Allah subhanahu wata’ala menyukai pujian karena pujian itu muncul dari rasa cinta, maka Allah subhanahu wata’ala menciptakan makhluk yang paling mulia dari semua makhluk yaitu nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana nama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam Muhammad yang bermakna “Yang paling banyak dipuji”, maka makhluk yang paling berhak untuk dipuji adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga ketika orang quraisy menamakan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan nama Mudzammam yang berarti “yang paling banyak dicela”, maka para sahabat sangat sedih dengan hal tersebut, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menghibur mereka dengan berkata : “Mereka (kuffar quraisy) menamakan aku dengan Mudzammam (yang banyak dicela) , namun sungguh aku adalah Muhammad (yang banyak dipuji)”, sehingga ucapan tersebut menenangkan para sahabat radhiyallahu ‘anhum, demikian yang teriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari. Karena yang mencela beliau shallallahu ‘alaihi wasallam hanyalah segelintir orang-orang kuffar quraisy, sedangkan yang memuji beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Rabbul ‘alamin subhanahu wata’ala dan semua makhluk Allah subhanahu wata’ala di alam semesta kecuali dari golongan jin dan manusia yang pendosa yang tidak memahami kecintaan dan kerinduan kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita masih dalam pembahasan makna kalimat Alhamdulillah , diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat maghrib berjamaah, dan ketika beliau berdiri dari ruku’ dan mengucapkan :
?????? ????? ?????? ????????
“ Allah Maha Mendengar orang yang memujiNya”
Semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita hamba yang selalu memujiNya, maka berwaspadalah atas bisikan syaitan yang mangajak kita untuk bersangka buruk terhadap Allah subhanahu wata’ala, karena hal tersebut akan dipertanyakan oleh Allah meskipun seorang hamba telah berada di dalam surga. Sebagaimana Al Imam At Thabari di dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ketika manusia telah masuk ke dalam surga, maka Allah subhanahu wata’ala memanggil salah satu hambaNya dan bertanya: “Wahai Fulan dahulu ketika di dunia, di tempat dan di waktu ini, engkau telah bersangka buruk kepadaKu”, maka hamba itu pun merasa risau dan takut lalu berkata : “Wahai Allah, betul di saat itu aku telah bersangka buruk terhadapMu, namun bukankah Engkau telah mengampuni dan memaafkanku?”, maka Allah subhanahu wata’ala berkata : “Aku telah mengampuninya”. Menunjukkan bahwa bersangka buruk kepada Allah adalah perbuatan yang harus ditinggalkan karena ketika telah berada di surga pun Allah masih mempertanyakan kepada hamba-hamba yang pernah bersangka buruk kepada Allah subhanahu wata’ala. Semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga hati kita dari prasangka buruk kepadaNya, dan menjadikan hati kita selalu asyik memujiNya, karena Allah subhanahu wata’ala mendengar hamba-hamba yang memujiNya baik dengan suara atau tanpa suara. Seluruh ciptaan Allah subhanahu wata’ala menuntun manusia untuk memuji Allah subhanahu wata’ala, baik hal itu berupa musibah atau kenikmatan yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Kita lihat kesempurnaan imana sayyidina Umar bin Khattab Ra yang berkata bahwa beliau bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala jika datang musibah kepadanya dikarenakan tiga hal, yang pertama yaitu karena musibah itu tidak menimpa imannya, namun hanya menimpa hal yang bersifat duniawi saja seperti harta, keluarga, penyakit atau yang lainnya, dan kedua karena sayyidina Umar bin Khattab meyakini bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu memberikan musibah yang lebih besar daripada musibah yang beliau terima, namun Allah subhanahu wata’ala memberikan musibah yang lebih ringan kepadanya, dan yang ketiga karena dengan datangnya musibah tersebut Allah subhanahu wata’ala menghapus dosa-dosa darinya. Demikian derajat keimanan sayyidina Umar bin Khattab ra yang sangat luhur, mungkin sangat sulit dan berat bagi kita untuk dapat mencapainya.
Maka selayaknya kita memahami ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika bangun dari ruku’ “Sami’a Allahu liman hamidah” bahwa Allah subhanahu wata’ala mendengar hamba yang memujiNya. Dan ketika itu seseorang yang shalat dibelakang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan :
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
“Wahai Tuhan kami bagiMu segala pujian, pujian yang banyak, yang baik dan penuh dengan berkah”
Dan ucapan tersebut belum pernah diajrakan sebelumnya oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka setelah selesai shalat Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam berkata : “Siapakah diantara kalian tadi yang telah mengeluarkan ucapan di dalam shalat ?”, namun tidak ada dari mereka yang menjawab, sampai tiga kali beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, maka seseorang kemudian menjawab : “Aku wahai Rasulullah yang telah mengeluarkan ucapan tersebut”, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sungguh 33 malaikat memperebutkan ucapan tersebut untuk dicatat”. Al Imam Ibn Hajar menjelaskan bahwa ucapan tersebut berjumlah 33 huruf, sehingga 33 malaikat memperebutkannya untuk dicatat dan kemudian disampaikan kepada Allah subhanahu wata’ala, karena malaikat belum pernah mendengar pujian seindah itu. Hal ini menunjukkan bahwa setiap huruf dalam pujian kepada Allah subhanahu wata’ala terdapat satu malaikat yang menjaganya.
Rahasia kemuliaan pujian kalimat Alhamdulillah sangatlah agung, maka layak untuk kita fahami dan kita renungkan yang mana dengan hal itu kita akan senantiasa berusaha untuk selalu memuji Allah subhanahu wata’ala atas kesempurnaanNya dan kederamawananNya, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling banyak memuji Allah subhanahu wata’ala, dan Allah subhanahu wata’ala akan lebih banyak melimpahkan pujian kepada hamba yang memujiNya, yaitu berupa limpahan pahala yang jauh lebih besar dengan 10 kali lebih besar hingga 700 kali lebih besar dari perbuatan hambaNya, demikian penjelasan akan makna dan keagungan dari kalimat“Alhamdulillah”. Selanjutnya kita akan membahas kalimat رَبِّ الْعَالَمِيْنَ “Rabb Al ‘Alamiin”, kalimatرَبٌّ “Rabb” memiliki tiga makna, yang pertama bermakna “yang mengasuh”, sebagaimana dalam ucapan :
اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا
“ Ya Allah ampunilah (dosaku) dan (dosa) kedua orang tuaku dan sayangilah keduanya, sebagaimana (kasih sayang) mereka ketika mengasuhku waktu aku kecil”
Maka kalimat “Rabb” tidak hanya digunakan untuk Tuhan saja namun juga digunakan untuk manusia. Kedua kalimat “Rabb” bermakna “Yang Memiliki”, sebagaimana dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa dahulu di masa jahiliyyah, para budak memanggil majikan mereka dengan panggilan “Rabbii”yang berarti “pemilikku”, secara bahasa panggilan tersebut mempunyai makna yang benar, akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang para budak untuk memanggil majikannya dengan sebutan “Rabbii”, dan diperbolehkan untuk memanggilnya dengan sebutan “Sayyidi” atau“Maulaya” yang berarti “Tuanku”.
Dalam hal ini para ulama’ menjelaskan ; jika para budak telah diajari oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memanggil majikannya dengan sebutan “Sayyidi” atau “Maulaaya”, maka sungguh sebutan tersebut lebih berhak untuk kita gunakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka selayaknyalah kita menyebut Sayyidina wa Maulaana Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena hal ini telah diperbolehkan bahkan diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan bukanlah hal yang kultus apalagi syirik sebagaimana yang telah dituduhkan oleh sebagian orang. Adapun yang ketiga makna kalimat “Rabb” adalah “Tuhan Yang disembah”, dan ketiga makna tersebut ada pada Allah subhanahu wata’ala yaitu Yang Maha Mengasuh, Yang Maha Memiliki, dan Yang Maha Berhak Disembah. Maka tiada yang Maha Mengasuh makhluk kecuali Allah subhanahu wata’ala, dan tiada Yang Memiliki segala sesuatu kecuali ALlah subhanahu wata’ala dan tiada yang berhak dan layak disembah selain Allah subhanahu wata’ala.
Selanjutnya makna kalimat العالمين ; Al ‘alamin , memiliki beberapa makna, dan sebagaimana yang telah disepakati oleh para ulama’ kalimat tersebut mempunyai dua makna, pertama makna Al ‘Aalmiin adalah segala sesuatu selain Allah subhanahu wata’ala. Kedua, makna kalimat Al ‘Alamin adalah malaikat, jin dan manusia, karena kalimat ini juga dapat dibaca dengan العالمين : Al ‘Alimin, yaitu yang memilki alam pemikiran atau ilmu pengetahuan, karena makhluk-makhluk selainnya tidak banyak diberi pengetahuan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Maka makna kalimat رب العالمين : Rabb al ‘Alamin yang pertama adalah bahwa Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Mengasuh segala sesuatu selainNya, yaitu seluruh makhluk termasuk hewan, manusia, jin, atau malaikat dan lainnya. Adapun makna kalimat ?? ???????? yang kedua adalah bahwa Allah subhanahu wata’ala Yang Maha memiliki, Yang Maha mengasuh malaikat, jin dan manusia, serta Yang Maha berhak disembah oleh malaikat, jin dan manusia. Demikian makna dari kalimat رب العالمين dalam pembahasan kitab Ar Risalah Al Jaami’ah oleh Al Imam Ahmad bin zen Al Habsyi Ar. Sering kita memuji Allah dengan ucapan :
اَلْحَمْدُلله رَبِّ الْعَالمَيِنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ
“ Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, pujian yang menyamai nikmat-nikmatNya dan mencukupi penambahanNya”
Kalimat tersebut diajarkan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada nabi Adam As, sebagaimana yang terdapat dalam riwayat shahih ketika nabi Adam As masih berada di surga ia selalu memuji Allah subhanahu wata’ala dan bertasbih kepada Allah subhanahu wata’ala, namun setelah ia diturunkan ke bumin, maka Allah subhanahu wata’ala memerintahnya untuk bercocok tanam, berternak, memakmurkan bumi dan lainnya, sehingga nabi Adam As merasa bingung dan risau karena ia tidak lagi dapat bertasbih dan memuji Allah subhanahu wata’ala bersama para malaikat sebagaimana ketika ia di surga, maka nabi Adam As memohon kepada Allah untuk menagajarinya ucapan, yang mana dengan ucapan itu ia sama seperti di saat ia memuji Allah subhanahu wata’ala di surga, maka Allah subhanahu wata’ala mewayuhkan kepada nabi Adam As untuk membaca kalimat tersebut sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di sore hari. Maka kalimat tersebut adalah pujian dan tasbih kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan kalimat ini juga terdapat dalam Ratib Al ‘Atthas, Ratib Al Haddad dan Al Wird Al Lathif. Sehingga jelaslah bahwa rahasia kemuliaan pujian kepada Allah subhanahu wata’ala membuat hidup kita terpuji, dan dimuliakan oleh Yang Maha Mampu memuliakan hamba-hambaNya.
Sungguh rahasia keluhuran Allah subhanahu wata’ala tersimpan dalam tuntunan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, makhluk yang peling indah dari seluruh makhluk Allah subhanahu wata’ala, dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah makhluk yang paling banyak memuji Allah subhanahu wata’ala. Semoga Allah subhanahu wata’ala menerangi jiwa-jiwa kita untuk senantiasa asyik memujiNya. Maka selayaknyalah bagi kita untuk memperbaiki keadaan di hari-hari kita untuk selalu berbuat hal-hal yang terpuji, namun bukan dengan tujuan untuk dipuji oleh makhluk akan tetapi agar dipuji oleh Allah subhanahu wata’ala. Karena jika tujuannya hanya agar dipuji oleh makhluk, maka tentunya hal tersebut adalah perbuatan sia-sia dan tidak akan mendatangkan pahala bagi kita.
Dan jika seseorang berbuat baik karena hanya ingin dipuji oleh makhluk, maka Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Mampu membuat makhluk itu memujinya atau sebaliknya, sehingga jika seseorang hanya ingin dipuji oleh makhluk maka hal itu adalah perbuatan yang sia-sia. Dalam hal ini guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Hafizh mengatakan bahwa hal demikian merupakan penyakit hati, yang mana penyakit-penyakit hati seperti itu tidak dapat terobati kecuali dengan tuntunan guru, maka tidak cukup hanya dengan membaca atau memperlajarinya sendiri karena hal demikian akan sulit untuk dijalani, dimana sang guru tidak hanya mengajari dengan berbicara saja, namun juga melimpahkan cahaya keberkahan tuntunan itu yang membuat sang murid mampu untuk meninggalkan hal-hal yang hina di dalam niat-niat di hati muridnya. Beliau menyampaikan sebuah hikayah bahwa seorang murid berkata kepada gurunya bahwa menjauhkan sifat tidak ingin dipuji oleh orang lain atas perbuatan-perbuatan baik yang dilakukannya merupakan hal yang mudah, dan dapat ia laksanakan dan tidak perlu untuk dipelajari lagi. Maka sang murid itu melewati hari-harinya dengan banyak membantu orang lain dengan cara bersedakah, sehingga setiap kali ada yang datang dan meminta bantuan kepadanya maka ia pun membantunya, dan beberapa kali datang orang sama untuk meminta bantuannya dan ia pun memberi bantuan kepada orang tersebut. Beberapa lama kemudian ia pun merasa gembira dan bangga atas perbuatan baik yang telah ia lakukan, hingga ada keinginan dalam dirinya untuk menyampaikan hal tersebut kepada gurunya.
Maka ia pun menemui sang guru dan mulai bercakap-cakap dengannya, serta ucapannya pun mulai mengarah bahwa ia telah banyak membantu orang lain. Sang murid berkata : “Di zaman sekarang begitu banyak orang yang susah”, sang guru berkata : “Iya betul”, lantas sang murid berkata lagi : “Sehingga banyak yang meminta-minta pertolongan”, sang guru kembali menjawab : “Iya betul”, kemudian ia berkata lagi : “Sampai-sampai setiap hari aku didatangi oleh orang yang sama untuk meminta bantuan dan aku membantunya”, sang guru pun tersenyum dan berkata : “Orang itu datang dan meminta-minta kepadamu aku yang menyuruhnya karena untuk mengujimu, sebagaimana engkau telah menyangka bahwa dirimu mampu melakukan perbuatan baik dengan niat-niat yang suci dan iklhas hanya karena Allah subhanahu wata’ala, namun telah terbukti saat ini engkau ingin orang lain mengetahui bahwa engkau telah berbuat banyak kebaikan, oleh sebab itu duduklah bersama guru untuk dapat mengobati penyakit-penyakit hati kita”.
Karena penyakit hati itu tidak cukup diobati hanya dengan membaca saja, namun juga perlu cahaya yang dapat menerangi jiwa hingga sifat-sifat hina itu sirna. Karena jika sifat-sifat hina itu hanya ingin diobati dengan pemahaman otakatau pemikiran kita terhadap sebuah buku, maka pemikiaran kita terlebih dahulu akan tertipu dan terjebak oleh sifat-sifat hina di hati kita, namun cahaya tuntunan yang luhur dari sang guru dapat menjadikan hati suci dan dapat membuat seseorang lupa dengan perbuatan-perbuatan baik yang ia lakukan yang sering membuat penyakit riya’ muncul dalam diri seseorang, dan sebaliknya selalu ingat dengan aib-aib yang ada pada dirinya. Sehingga sebanyak apapun perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang, maka Allah subhanahu wata’ala telah menerangi jiwanya sehingga ia lupa atas perbuatan-perbuatan baik yang pernah ia lakukan, bahkan ia selamat dari sifat-sifat buruk di hati, seperti sombong, riya’, sum’ah dan lainnya yang kesemuanya dapat mengikis pahala atas perbuatan baik, bahkan ia hanya sibukkan dirinya dengan cinta dan rindu kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan cinta dan rindu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, senantiasa memperindah dirinya untuk lebih indah dihadapan Allah subhanahu wata’ala, sehingga ia lewati hari-harinya dengan hati yang suci dan luhur, dimana diam dan bicaranya adalah cahaya yang membawa keberkahan untuknya dan sekitarnya.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala agar hati kita selalu diterangi dengan cahaya sifat-sifat yang mulia, serta menyingkirkan dari hati kita segala sifat yang hina. Kita tidak mampu untuk membersihkan jiwa kita kecuali dengan tuntunan Yang Maha Mengasuh diri kita, sebagaimana munajat dan doa Al Imam Abdullah bin ‘Alawi Al Haddad :
قَد اسْتَعَنْتُكَ رَبِّيْ # عَلَى مُدَوَاةِ قَلْبِيْ
“ Aku telah memohon pertolongan kepadaMu Wahai Rabbi untuk mengobati hatiku”
Jika Al Imam Abdullah bin ‘Alawi Al Haddad menitipkan hatinya kepada Allah subhanahu wata’ala untuk diobati dan dijauhkan dari segala hal dan sifat yang tidak terpuji, maka terlebih lagi kita..
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama
َياالله...يَاالله... ياَالله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Minggu, 06 Januari 2013

Orang Yang Paling Bahagia Dengan Syafaat Rasul SAW Di Hari Kiamat



ImageAssalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh,
Hamdan li Robbin Khosshona bi Muhammadin
Wa anqodznaa bi dzulmatiljahli waddayaajiri
Alhamdulillahilladzii hadaanaa bi ‘abdihilmukhtaari man da’aanaa ilaihi bil idzni waqod naadaanaa labbaika yaa man dallanaa wa hadaanaa
Shollallahu wa sallama wa baarok’alaih
Alhamdulillahilladzi jam’anaa fi hadzalmahdhor,Limpahan puji kehadirat Allah SWT yang Maha Luhur, yang Maha menerangi langit dan bumi, cahaya keagungan dzat-Nya yang menenangkan jiwa, ketika cahaya itu terbit dalam sanubari hambanya, maka tenanglah ia dari segala kesedihan, ketika cahaya pertolongan Allah terbit pada hambanya, tersingkirlah segala kesulitan, ketika kasih sayang-Nya dan uluran kelembutan Ilaahi menolong hambanya, maka selesailah segala permasalahan.
Allah yang Maha berkuasa dari zaman ke zaman, yang Maha menawarkan kedekatan kepada hamba-hambanya sepanjang waktu dan masa, Allah Jalla wa ‘ala, yang memandang diriku dan kalian dimalam hari ini dengan pandangan harapan agar kita ingin dekat kehadirat-Nya dan Allah SWT memandang dzat, tiada pernah terlepas pandangannya dari setiap gerak-gerik hambanya, memandang apa-apa yang dalam lintasan pemikiran mereka.
Beruntunglah mereka yang hadir di majelis ini, dengan niat mulia untuk bertaubat ke hadiraturrob, sehingga Allah melihat, hamba-Ku yang satu ini tetap ingin dekat, hamba-Ku yang satu ini ingin pengampunan, hamba-Ku yang satu ini tidak mampu memperbaiki diri dan butuh bantuan, hamba-Ku yang satu ini berharap agar Aku mengabulkan permohonannya “ Allahummaj’alnaa minhum” Allah jadikan aku dan kalian mempunyai jiwa yang selalu bermunajat, jadikan jiwa kita asyik berdoa berhubungan dengan Robbul’alamin SWT.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.
Betapa mulianya jiwa yang berdoa kepada Allah, betapa indah dan bercahayanya jiwa yang bermunajat kepada Robbul’alamin, dan seindah-indah keadaan adalah hamba yang mengadukan kesulitannya kepada Allah, dan semulia-mulia manusia yang berdoa adalah sayyidina Muhammad SAW, pemimpin semua orang yang bermunajat, imam semua orang yang berdoa, sang pengajar tunggal, pemimpin seluruh ajaran keluhuran sepanjang zaman, sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih.
Yang jiwanya selalu dipenuhi doa, didalam kesedihan dan didalam kenikmatan, dalam kegembiraan ataupun dalam kesulitan, jiwa sang Nabi dan jiwa sang idola selalu berdoa, memuji Allah, meminta pertolongan dari Allah, bermohon kepada Allah, merintih kepada Allah, karena memang jiwa yang selalu berdoa menandakan dekatnya hubungannya kepada Allah, sambutan Ilahiyyah sebagaimana firman Allah dalam hadits qudsi: “yabna aadam innaka maa da’autanii wa rojauatanii ghofartulaka ‘ala maakaana minka falaa ubaalii” wahai keturunan Adam ketika kau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, ketika kau taruhkan harapanmu kepada dzat-Ku, ketika kau mau minta kepada-Ku, Ku hapuskan dosa-dosa kalian dan tidak Ku permasalahkan lagi” betapa indahnya Robbul’alamin, yang mengabarkan kepada sang Nabi, sambutan hangatnya bagi mereka yang bermunajat, sambutan hangatnya bagi mereka yang berharap kepada Allah, Ku hapuskan dosa-dosa kalian dan tiada akan Ku perdulikan lagi, demikian sambutan Ilaahi bagi jiwa yang memanggil Allah, bagi jiwa yang menginginkan Allah.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.
Kita memiliki satu sosok yang menjadi idola dan panutan, sayyidina Muhammad SAW wa barak’alihrahmatan lil-‘alamin, sayyidul awwaliina wal-aakhiriin, yang hari-hari beliau dipenuhi doa dan munajat, semakin orang mencintai dan mengikuti beliau, akan semakin banyak berdoa dan bermunajat, manusia yang paling indah budi pekertinya, disaksikan oleh seluruh musuh dan temannya, satu jiwa, satu manusia, ditengah-tengah dunia yang penuh dengan Nasrani, Yahudi dan Musyrikin, satu makhluk yang berada didalam “laa ilaaha illallah” yang mengawali tuntunan kesempurnaan “laa ilaaha illallah” sendiri dikelilingi kegelapan Yahudi, Nasrani dan Musyrikin, sendiri membawa amanat Ilaahi, sendiri dan hanya bersama Allah, seluruh kerabat, keluarga, teman dan semua yang ada dipermukaan bumi dalam kesesatan dan kegelapan yang nyata, mereka yang telah memahami dari para pendeta Yahudi dan Nasrani, yang memahami kebenaran, saat-saat itu dalam keadaan penantian, menanti kedatangan Nabi akhiruzzaman, sendiri, hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, namun jiwa dan manusia yang paling terkucil karena sendiri, tidak mempunyai teman untuk menyampaikan kemuliaan yang diajarkan Allah ini, ternyata kemudian menjadi penguasa terbesar sepanjang waktu dan zaman, menjadi penguasa terbesar sejak turunnya Adam hingga yaumil-qiyamah, pengikutnya terbanyak, sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih.
Penguasa yang tidak menggunakan tahta dan tidak memakai singgasana, penguasa yang lembut kepada semua teman dan musuh, sehingga diriwayatkan didalam Shohih Bukhori; betapa hebatnya perjuangan beliau untuk memerangi kekufuran Yahudi, Nasrani dan Musyrikin, namun Rasul SAW mempuyai seorang khodim, seorang pembantu, anak muda, beragama Yahudi, beliau SAW, tidak mengusir pemuda itu karena ingin berkhidmat kepada beliau, walaupun Yahudi. Yahudi adalah agama yang paling dimurkai Allah SWT setelah kekufurannya, dahulu tentunya dibawa oleh Nabi Ibrahim as, maka pemuda itu berkhidmat kepada Nabi dalam waktu yang cukup lama, membawakan makanan dan minuman sang Nabi, duduk bersama sang Nabi, berkhidmat dirumahnya Rasulullah SAW, demikian indah dan lembutnya sang Nabi, ia terus dalam agama Yahudinya selama sekian lama, Rasul tidak memaksanya, ini orang non muslim, kafir, masuk kerumahku dan mau khidmat kepadaku, tidak demikian.
Beliau SAW menerima seluruh makhluknya Allah dalam keadaan apapun, duduk berkhidmat bersama beliau, maka disatu hari pemuda ini sakit, Rasul SAW menjenguknya, ketika beliau menjenguk pemuda ini sudah sakaratul maut, ayahnya yang juga Yahudi duduk bersama Rasul, menyaksikan sakaratul maut anak ini, Rasul mengatakan ;ucapkan “laa ilaaha illallah muhammadurrosulullah!Pemuda itu tidak mau mengucapkannya, kecuali melirik dulu kepada ayahnya, diizinkan tidak masuk Islam, ayahnya yang Yahudi, haru dengan perbuatan sang Nabi yang demikian indah, ini anakku, jelas-jelas dia ini pimpinan orang Islam, yang selalu berdakwah mengajak kepada kebenaran, ini anakku khidmat dirumahnya, bahkan sakit datang menjenguk anakku, terharu ayahnya, dan berkata: “athi’u abal-qosim! Wahai anakku taati Abu Qosim! Itu julukan bagi Nabi Muhammad SAW, anaknya mengucapkan shahadat dan masuk Islam, dan Rasul kembali kerumahnya dengan wajah yang cerah, seraya berkata; “alhamdulillahilladzii anqodzahu minannaar” Alhamdulillah, puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka kekufuran, demikian hadirin hadirot lembutnya sang Nabi, kita bertanya; kenapa Rasul SAW berbuat demikian kepada orang-orang yang diluar Islam? tidak lain karena kelembutannya, bukan ridho atas kesesatannya, tapi besarnya keinginan untuk orang itu beriman, besarnya keinginan sang Nabi dan cintanya kepada Allah, jangan sampai orang ini membenci Rasul dan lari dari Islam, demikian akhlak Nubuwwah, warisi kemuliaan budi pekerti Nabi Muhammad SAW wa barak’alaih.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.
Rasul SAW adalah orang yang sangat mencintai Allah, tidak ada orang mencintai Allah dimuka bumi melebihi cintanya Nabi Muhammad SAW kepada Allah, dan beliau selalu ingin berbuat apa-apa yang dicintai oleh Allah, yang membuat Allah ridho dan senang itu yang diperbuat oleh sang Nabi, oleh sebab itu, hadirin hadirot yang dmuliakan Allah, Rasul SAW mengajarkan kepada kita kemuliaan demi kemuliaan, karena cintanya kepada Allah, dan kita bertanya; kenapa para Nabi yang lain tidak demikian dahsyatnya penjagaannya terhadap umat? Penjagaan beliau terhadap umatnya karena besarnya cintanya kepada Allah pula, karena apa? karena beliau tahu, semakin banyak hamba-hamba Allah yang beriman, Allah semakin ridho dan gembira, ini yang dihendaki sang Nabi, sehingga dia SAW selalu mengajak kepada umatnya dengan kelembutan dan kasih sayang, sehingga jadilah beliau yang paling banyak pengikutnya dari semua Nabi dan Rasul SAW wa barak’alaih, dan memang beliaulah yang paling dicintai Allah, yang paling mewarisi kecintaan Allah, yang dengan mengikuti gerak gerik beliau sampailah kita pada cinta Allah.
Hadirin hadirot, Maha Raja langit dan bumi, terus memandang gerak-gerik kita, memandang dan memperhatikan niat yang ada dalam jiwa kita, Allah SWT telah menyiapkan alam setelah alam dunia yaitu barzah dan yaumil-qiyamah, alam yang pasti akan kita jalani dan kita lalui dan akan dilalui oleh semua yang hidup dimuka bumi, dari keturunan Adam, mereka akan melewati barzah dan sampai diyaumil-qiyamah, hadirin hadirot, dan Allah SWT akan memperlihatkan apa-apa yang akan kita dapatkan sebelum kita sampai disurga. Wa lia’udzubillah juga jika sampai di neraka, semoga Allah menyelamatkan ku dan kalian dari api neraka.
Diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, bahwa Rasul SAW bersabda; “tiadalah seorang ahli surga, masuk ke dalam surga, terkecuali diperlihatkan padanya api neraka, tiada seorang yang akan masuk kedalam surga, terkecuali pasti saat ia sebelum masuk surga, diperlihatkan dulu api neraka, untuk apa? ketika ia melihat dahsyatnya dan gemuruh api neraka, maka diperlihatkanlah tempatnya yang sebenarnya yaitu surga, ini tempatmu jika kau berbuat keburukan dan tidak beramal sholeh, dan setelah Alah SWT mengampunimu dan kau beriman dan beramal sholeh, sekarang inilah tempatmu yaitu surga, “ liyazdaadu syukro” agar ia tambah bersyukur kepada Allah SWT, karena telah melihat neraka. Diriwayatkan pula didalam Shohih Bukhori didalam hadits yang sama; “tiadalah seseorang masuk neraka, terkecuali diperlihatkan dulu tempatnya disurga, ini kalau kau berbuat baik mestinya tempatmu disini, tapi karena kau memilih kehinaan maka tempatmu diganti dengan yang ini wa li a’udzubillah, ia melihat kobaran api neraka, “fazaadu hasroh” maka ia bertambah sedih, bertambah kecewa dan bertambah menyesal, sehingga ia tahu betapa indahnya Allah memperbuat hamba-hambanya yang beramal sholeh, hingga dia berada pada puncak penyesalan, dan penyesalannya itu akan menjadi pengurangan pula baginya dari pada siksa api neraka selama ia seorang muslim, karena semua muslim akan sampai disurganya Allah, demikian yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.
Allah SWT mensifatkan kepada kita, disabdakan oleh Nabiyyuna Muhammad SAW, siksa api neraka yang paling ringan itu adalah dipakaikan dua bara api dikakinya yang terbuat dari api neraka sehingga bergolaklah kepala dan otaknya, inilah siksaan yang paling ringan, dan bagaimana siksaan yang paling berat, inilah hadirin hadirot penjara diyaumil-qiyamah wa li a’udzubillah untuk penebusan dosa.
Diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, Rasul SAW bersabda; “ketika penduduk surga sudah masuk kedalam surga, dan penduduk neraka sudah masuk kedalam neraka, maka berkatalah para malaikat;“yaa ahlal jannah khulud laa maut yaa ahlan-naar khulud laa maut” wahai penduduk surga abadi tiada akan pernah menemui kematian, wahai penduduk neraka tiada akan pernah menemui kematian” disaat itulah penduduk surga bertakbir dan bersyukur kepada Allah, mereka akan terus dalam kebahagiaan sepanjang waktu dan zaman, tidak terbatas dengan zaman, tidak berakhir dengan masa, tidak bertambah lanjut usia, mereka terus didalam kebahagiaan, didalam jaminan Ilaahi, tiada pernah wafat selama-lamanya, penduduk neraka menjerit ketakutan mendengar suara ini; wahai penduduk neraka tiada kematian, walaupun mereka akan merasakan kematian beribu-ribu kali, karena pedihnya siksa, namun tiada akan pernah wafat dan selesai, akan terus dalam kehinaan, terkecuali mereka menemui kebebasan.
Oleh sebab itulah, ketika Abu Hurairah ra bertanya; ya Rasulullah man as’adunnas bi syafa’atii yaumal-qiyamah, wahai rasul, siapa orang yang paling beruntung mendapatkan syafa’atmu dihari kaiamat? Rasul menjawab; as’adunnaas bi syafa’atii yaumal-qiyamah man qoola laa ilaaha illallah kholishon min qibali nafsihi” orang yang paling beruntung mendapatkan syafat’atku dihari kiamat adalah orang yang mengucap; laa ilaaha illallah” dari dalam dirinya, laa ilaaha illallah” dia tidak ingin menyembah selain Allah, tidak mau mengakui Tuhan selain Allah, sebesar apapun dosanya, sebanyak apapun kesalahannya, selama jiwanya menolak menyembah selain Allah, pasti dia akan ditemui syafa’atunnabi Muhammad.
Hadirin hadirot demikian dahsyatnya rahmat-Nya Allah, dengan kebangkitan sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih, kita berkata lalu bagaimana dengan dosa-dosa, selesaikah sudah? Kalau toh nanti bakal masuk surga juga, hadirin, sebagaimana kita dimuka bumi juga tidak mau dizholimi, tidak mau dapat musibah, demikian pula diyaumil-qiyamah musibah yang demikian dahsyat, pencucian dosa yang demikian dahsyat yang sangat menakutkan dan merisaukan, satu hari adalah bagaikan seratus tahun, demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.
Rasul SAW bersabda diriwayatkan didalam Shohih Bukhori; “orang-orang yang keluar kelak dari dalam neraka itu, dalam keadaan hangus, walaupun hanya baru beberapa menit, belum sampai ke neraka sudah hangus mereka dari panasnya api neraka, namun ketika mereka telah hangus ini Allah SWT memerintahkan malaikat untuk menenggelamkannya di “naHrul hayat” yaitu didanau kehidupan, demikian riwayat Shohih Bukhori, maka tumbuhlah seluruh sel tubuhnya yang telah hangus, apakah ia bisa, sebagaimana kita berasal dari satu sel, tumbuhlah milyaran sel disekitar tubuh kita menjadi manusia, berbicara, mendengar, melihat dan segala-galanya, demikian pula ketika mereka yang telah hangus dalam api neraka, wa li a’udzubillah, Allah SWT mengeluarkannya dengan syafa’at, mereka adalah orang-orang yang nomor dua dari pada yang mendapatkan syafa’at, yang pertama mendapatkan syafa’at adalah mu,minin, sholihin, muqorrobin, orang-orang yang masuk surga tanpa hisab disyafa’ati oleh Rasul, agar lebih cepat masuk kedalam surga.
Demikian dijelaskan oleh Imam ibnu Hajar dalam kitabnya fathul baari bi syarah Shohih Bukhori, bahwa ketika Rasul SAW mensyafa’ati itu, Rasul berkata didalam Shohih Bukhori dijelaskan; “yahuddu hadda” Allah memberi batasan-batasan kepada sang Nabi, pertama orang-orang mu,minin, muqorrobin, sholihin, syuhada, ini dulu dibebaskan dan tidak mendapatkan hisab, percepat masuk ke dalam surga, lalu kelompok kedua yang diangkatnya lagi derajat, dari derajat surga menjadi derajat yang lebih tinggi dengan syafa’atunnabi SAW, ada pula yang diberi hak memberi syafa’at yaitu para syuhada, para ulama, para auliya, diberi izin untuk memberi syafa’at, dan pula Rasul SAW mensyafa’ati batasan umat demi batasannya, Imam ibnu Hajar menyebut batasannya, mereka yang malas berbuat ibadah, mulai semakin tinggi mereka dari para pezina, orang yang meninggalkan sholat, orang yang mabuk, dan kesemuanya ini hadirin hadirot pasti diakhir, akan mendapatkan syafa’at selama mereka tidak menyekutukan Allah, walaupun terlambat, entah seribu tahun, entah ratusan ribu tahun, entah milyaran tahun, mereka akan menemui syafa’at Muhammad SAW, ribuan tahun itu bukan hal yang sebentar hadirin hadirot, mereka dizaman sekarang ada yang menanti di alam barzah, mungkin seribu tahun lagi untuk mencapai hari kiamat, kita saja adalah beberapa hari terkena musibah misalnya, jiwa kita telah mulai sempit dan bingung, lebih-lebih lagi ketika ribuan tahun tinggal didalam bara api yang gelap dan hitam.
Demikian hadirin hadirot, namun kita mengingat disini betapa agungnya rahmat-Nya Allah, dengan memunculkan sosok Muhammad Rasulullah SAW kepada kita, Imam ibnu Hajar al-Asgholani didalam kitabnya fahul baari bi syarah Shohih Bukhori menjelaskan, menukil pada hadits shohih dan tsiqoh bahwa disaat itu ketika para Nabi melintas dijembatan shirot, Rasul SAW didatangi oleh Nabi Isa as dan berkata; wahai Muhammad al-an waktah” wahai Muhammad sekarang waktumu, ini umat sudah pecah belah, sudah cerai berai dan masing-masing teman tidak kenal temannya, sahabat tidak kenal sahabatnya, sebagaimana firman Allah: “yauma yafirru mar’u min akhih wa ummihi wa abih wa shohibatihi wa banih” hari dimana manusia itu lari dari temannya, lari dari keluarganya, lari dari ayah ibunya, lari dari anaknya, menghindar dari suami dan istrinya, karena apa? karena risaunya mereka atas hari yang demikian besar, takut dituntut, dan dihari itulah Nabi Isa berkata: sekarang waktumu wahai Muhammad, ini umat sudah cerai berai semua, Rasul SAW berdiri dijembatan shirot menanti umat, saat semua teman lupa pada temannya, Rasul tidak lupa dari umat, jika beliau melihat umat beliau melintas beliau mengenalkan dirinya “ana shohibuk-ana shohibuk” demikian Imam ibnu Hajar menukil hadits didalam kitabnya fathul baari bi syarah Shohih Bukhori, aku ini temanmu kata Rasul aku temanmu, maksudnya semua teman bisa lupa padamu terkecuali Nabi Muhammad, tidak lupa pada umatnya SAW wa barak’alaih wa ‘ala alih, demikian hadirin hadirot indahnya sayafa’atunnabi. Sampailah manusia-manusia yang telah sampai ke dalam surganya Allah SWT, sehingga Rasul SAW bersabda diriwayatkan didalam Shohih Bukhori; “orang-orang itu disurga kelak wajah mereka bagaikan bulan purnama, bulan disaat purnama, terang benderang dengan keindahan, wajah mereka dinaungi cahaya Ilaahi SWT, terang benderang.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah
Wajah mereka itu indah, indah karena apa? karena diperindah oleh yang Maha Indah, dengan cahaya yang Maha Indah, sehingga mereka sangat indah, bayangkan wajah-wajah mu,minin nu,minat, syuhada, dan sholihin, penduduk surga itu, betapa indahnya wajah mereka, semoga kita akan diperindah oleh Allah, dengan cahaya keindahan-Nya, di dunia di barzah dan di yaumil-qiyamah, mereka melihat indahnya surga bagaikan istana-istana, mereka kata Rasul SAW; bagaikan bintang dilangit terang benderang dan sangat berjauhan antara istana satu dengan istana lainnya, hal seperti ini hadirin jika kita ingat tampaknya sulit diterima logika, tentu logika kita belum mampu untuk mendalami hal-hal seperti ini, ini hanya bisa diterima oleh iman, akan tetapi Allah SWT yang Maha berkuasa tentunya telah memberi peringatan kepada kita, bahwa alam logika dan pemahaman kita ini sangat terbatas dan pengetahuan ilmu kita pun sangat terbatas, sehingga Allah berkata kepada mereka yang masih memungkiri dan menyembah Tuhan yang lain, Allah berfirman: “innahaum laa yakhluqudzubab walau ijtama’u bih” bagaimana mereka mau memahami dengan segala kepahaman ilmu sedangkan mereka tidak bisa menciptakan seekor lalat, walaupun seluruh mereka berkumpul penduduk langit dan bumi untuk menciptakan seekor lalat dari ketiadaan, bukan dari proses peneluran, dari ketiadaan menjadi ada, kumpul seluruh alam untuk menciptanya tidak akan mampu, mencipta seekor lalat saja seluruh alam semesta tidak mampu, maka apa lagi yang kita tumpu kalau bukan iman pada yang Maha mencipta seluruh alam semesta, Allah Jalla wa’ala Allahu Allahu Allah.
Rasul SAW bersabda diriwayatkan didalam Shohih Bukhori: “ketika penduduk surga telah masuk kedalam surga, penduduk neraka disyafa’ati dan mereka keluar dari neraka lantas diperindah oleh Allah, masuklah mereka kedalam surga, banyaknya bagaikan ribuan burung-burung putih, keluar dari kemurkaan, dari penjara kehinaan Allah SWT,menuju surga, ribuan banyaknya terus dan terus masuk kedalam surga dengan syafa’at Nabi Muhammad SAW, demikian riwayat Shohih Bukhori, mereka keluar menuju surga itu bagaikan ribuan merpati-merpati masuk kedalam, bukan seperti burung tentunya, akan tetapi banyaknya kira-kira seperti itu, masuk kedalam surganya Allah SWT.
Hadirin hadirot, lalu Allah SWT berkata pada penduduk surga: “Ana u’thiikum aktsar min dzalik”wahai hamba-hambaku apakah kalian sudah senang, sudah puas kalian”, mereka menjawab; “apalagi yang membuat kami belum puas padamu Robbi, kami masuk kedalam surga padahal kami hanya beriman dan beramal sholeh beberapa puluh tahun saja, itupun masih banyak celah-celah dosa, Kau berikan pada kami pengampunan, apalagi yang lebih dari ini wahai Robb, dan Kau berikan kepada kami kebahagian dan keindahan yang kekal, mereka dengan mahkota-mahkota indah, pakaian terindah, minyak wangi terindah, dan bentuk yang sangat indah, Allah SWT berfirman lagi dalam hadits qudsi:“Ana u’thiikum aktsar min dzalik” mau Ku beri hal yang lebih dari itu, maka para penduduk surga menjawab; apa yang lebih dari ini wahai Robb, tentunya mau, maka Allah SWT menjawab: “Ku halalkan dan Ku pastikan untuk kalian keridhoan-Ku dan Aku tidak akan pernah murka kepada kalian selama-lamanya” Allah menghalalkan cinta-Nya kepada mereka dan akan selalu mencintai mereka dengan cinta yang abadi, cinta Allah yang tiada akan pernah berakhir, adakah dalam jiwa kita mendambakannya, adakah kita yang memintanya, ridho Allah yang kekal dan abadi dan tiada akan pernah berakhir, Ja’alallahu wa iyyakum minhum, semoga Allah memastikan namaku dan kalian diantara mereka, ya Allah, pastikan nama-nama kami Robbi yang wafat dalam husnul khotimah, pastikan nama-nama kami memandang dzat-Mu yang Maha Indah.
Diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, para shahabat bertanya: “ya Rasulullah hal naroo robbana”wahai Rasulullah apakah kami akan melihat Tuhan kami? maka Rasul SAW menjawab; “na’am, hal tumaaruuna fil-qomari lailatal-badri laisa duunahu sahaab? apakah kalian masih ragu melihat bulan purnama kalau tidak ada awan, tentunya tidak. jelas sekali, maka Rasul SAW menjawab; “seperti itu kalian akan melihat Tuhan kalian”, demikian riwayat Shohih Bukhori, dan Allah SWT berfirman: “wujuhuyyaumaidzin naadhiroh ilaa robbiha naazhiroh” wajah-wajah yang bercahaya memandang Allah SWT dengan seindah-indah dzat-Nya, disitulah hadirin hadirot sang Nabi SAW ketika berhadapan dengan Robbul’alamin, dimalam mi’raj, disaat itu.
Al-Imam al-qodhiyyat menukil satu riwayat tsiqoh, bahwa Rasul SAW bercerita, aku melihat daripada tingkatan-tingkatan langit satu persatu sampai yang terakhir dan tertinggi, sampai melebihi al-kursy sampai lauhulmahfuzh, sampai arsy, dan sampai kehadrotul Ilahi, aku melihat berjuta-juta bentuk, berjuta-juta suara, dan bermacam tasbih, gemuruh tasbih para malaikat yang tiada pernah berhenti dengan demikian megahnya, langit kedua gemuruh tasbih malaikat lebih dahsyat dan yang ketika sampailah ke hadratullah, beliau bersabda: tidak ada lagi suara, tidak ada lagi pemandangan, disaat itu semuanya tidak lagi bisa disifatkan, disaat itu beliau mendengar satu suara yang sangat berwibawah namun penuh dengan keindahan: “ ‘udnuhu-‘udnuhu yaa Muhammad li yafkah khoufuka yaa Muhammad” mendekat-mendekat wahai Muhammad tenangkan dirimu dari ketakutanmu” maka bersujudlah sang Nabi ke hadhrotullah dengan ucapan: “attahiyyaatul-mubaarokaatussholawaatuthoyyibaatulillah” segala kemuliaan, keluhuran milik Allah dan keberkahan, maka sang Nabi mendengar jawaban Allah Jalla wa’ala: “assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu wa rohmatullahi wa barokatuh” salam sejahtera dari Allah pada sang Nabi dan Rahmatnya, sang Nabi menjawab: “assalamu’alaina wa ‘ala ‘ibaadillaahisshoolihin” salam sejahtera atas kami dan para hamba-hamba Allah yang sholeh, demikian hadirin hadirot percakapan itu selalu disebut saat kita sholat lima waktu dan sholat sunnah, untuk mengingat detik-detik perjumpaan sang Nabi dengan Allah, untuk mengingat detik perjumpaan kita dengan Allah.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.
Ingatlah saat perjumpaan ini yang pasti datang pada kita, rindukan dan dambakan keindahan-Nya Jalla wa’ala Ya rahman Ya Rahim, kami yang masih hidup di alam dunia dan menanti saat-saat kematian kami, panjangkan usia kami dalam ketaatan dan keberkahan, Ya rahman Ya Allah, tambahkan keberkahan dan ketaatan dalam usia kami, terangi hari-hari kami dengan indahnya sujud, terangi hari-hari kami dan napas-napas kami dengan doa dan munajat, terangi segala apa yang kami lewati dengan cahaya kemudahan dan cahaya penyelesaian yang menyingkirkan segala kesulitan dan hambatan kami, Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya dzal-Jalali wal-Ikrom, inilah harapan, inilah doa, yang telah Kau berfirman: “yabna aadam innaka maa da’autanii wa rojautanii ghofartulaka ‘ala maa kaana minka falaa ubaali” wahai keturunan Adam ketika kau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku Ku hapuskan dosa-dosamu dan tidak lagi Ku permasalahkan” hadirin hadirot, hadirkan jiwamu dalam doa dan munajat, bangkitkan harapanmu kepada Allah, dan Allah mengganjarnya dengan pengampunan maka panggillah Ya Allah Ya Allah Ya Allah, “as’adunnas bi syafa’ati yaumal-qiyamah man qoola laa ilaaha illallah kholishon min qibali nafsih” orang yang paling beruntung mendapatkan syafa’atku dihari kiamat adalah yang mengucap ”laa ilaaha illallah” dengan kesungguhan dari dalam dirinya” hadirin hadirot tekankan dalam jiwa kita tidak akan menyembah Tuhan lain selain Allah, tidak akan memilih Nabi lain selain Muhammad Rasulullah, faquuluu jami’an; laa ilaaha illallah Muhammadurrosulullah, laa ilaaha illallah Muhammadurrosulullah, laa ilaaha illallah Muhammadurrosulullah, Robbi saksikan kami tidak akan menyembah Tuhan selain-Mu Robbi, kami tidak sujud pada selain-Mu ya Allah, dan kami tidak memilih Nabi lain selain Nabimu Muhammad SAW, Ya dzal-jalali wal-Ikrom ya dzatthouli wal-in’am.
Pandanglah seluruh wajah ini dengan cahaya rahmat-Mu ya Rahman, pandanglah seluruh wajah ini dengan cahaya pengampunan-Mu ya Rahim, pandanglah seluruh wajah ini dengan kepastian husnul khotimah Ya Allahu Allah Ya Allahu Allah Ya Allahu Allah Ya Allahu Allah Ya Allahu Allah Ya Allahu Allah Ya Allahu Allah Ya Allahu Allah Ya Allahu Allah Ya Allahu Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya dzal-Jalali wal-Ikrom, Robbi terangi jiwa kami dengan cahaya doa, Robbi terangi napas-napas kami dengan cahaya munajat, terangi sisa usia kami dengan lezatnya sujud, kami mengadukan buruknya jiwa kami yang selalu menghindar dari ibadah, kami mengadukan jiwa kami yang mencintai dan merindukan selain-Mu.
Robbi ya Rahman kepada siapa kami mengadu kalau bukan kepada nama-Mu ya Allah, pada siapa kami mohon pengampunan atas buruknya dosa dan tiada rahasia antara kami dengan-Mu Ya Rahman, bukakan pintu pengampunan-Mu Ya Allah, bila hamba yang demikian banyak berbuat dosa, dan pintu maaf-Mu selalu terbuka bagi para pendosa, masukkan seluruh nama kami dalam samudera maaf-Mu Ya Rahman, hapuskan dosa-dosa kami, dosa-dosa ayah bunda kami, ayah bunda kami yang masih hidup curahkan keberkahan dalam hidupnya, ayah bunda kami yang telah wafat, muliakan arwah mereka bersama para muqorrobin.
Ya Rahman Ya Rahim perbaiki keadaan muslimin; Allahumma ‘aafinaa walthuf binaa wahfazhnaa wanshurnaa wafarrij ‘anna wal-muslimiin Allhummakfina waiyyaahum jamii’an syarro mashooibaddunia waddiin Allahumma ashlihnaa wa ashlih man fii sholaahihi sholaahul-muslimin Allahumma laa tuhliknaa wa ahlik man fii halaakihi sholaahul-muslimin, Allahummasqinal-ghoitsa warrohmah wa laa taj’alnaa minal-qonithiin, Allahummarfa’ washrif ‘anna wa ‘anil-muslimiinal-adzaa wal-balaa, wal-qohtho wal-humma wazhulma wa jamii’I anwaail fitani wal-mihan wal-amroodh wal-asqoom maa zhoharo minhaa wamaa bathon wadfa’illahumma ‘anna syrrothooghiin wal-baaghiin wal-mu’tadiin wadzoolimiina bimaa syi,ta ‘aajilan ghoiro aajilin fii ‘aafiyatin wasalaamatin birohmatika yaa arhamarroohimiin yaa arhamarroohimiin yaa arhamarroohimiin”.
Ya Allah jangan jadikan satupun dari wajah kami yang hadir berada dalam api neraka ya Allah, jangan Kau biarkan satupun dari wajah kami menjerit dalam api nereka ya Rahman, pastikan Robbi kami Kau haramkan dari api neraka, haramkan kami dari siksa kubur, haramkan kami dari desakkan sakaratulmaut, halalkan bagi kami kebahagiaan dunia dan akhirat ya Allah ya Rahman ya Rahim faquulu jamii’an Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya dzal-Jalali wal-Ikrom, hadirin hadirot kita akan terus memakmurkan dzikir Jalalah setiap malamnya, setiap minggunya, setiap bulannya, kita akan terus menerangi bumi ini dengan dzikir Jalalah, terangi hari kita dengan dzikir Jalalah, kita doakan tamu-tamu kita, Al-Habib Husein bin Syeik Al-Juneid dari Kuala Lumpur agar dikabulkan seluruh hajatnya, dihilangkan segala kesulitannya, dilimpahkan baginya kemudahan untuk terus berjuang menegakkan dakwah dan mengkoordinasi dakwah dari para penegak panji-panji Rasulullah SAW di wilayah Kuala Lumpur dan sekitarnya, kita doakan tamu-tamu kita Habib Abdullah Assagaf, Habib Ahmad Assagaf, Habib Musthofa Mauladdawilah, Habib Alwi dan para Habaib dan para ulama, agar dikabulkan segala hajat mereka, dilimpahkan keberkahan zhohiron wa bathina dan atas kita semua yang hadir.
Hadirin hadirot saya mengucapkan beribu terima kasih atas kesuksesan jama’ah, hadir dihari kemarin di masjid Istiqlal, Alhamdulillah acara sukses, hadirin melebihi 400 ribu muslimin muslimat yang memenuhi masjid jami Istiqlal Alhamdulillah Jakarta bergemuruh dengan lafdzul-Jalalah dan Ismullah, dan kita tidak puas berhenti disana, tanggal 29 juli tepat malam Isro wal-Mi’raj selasa malam rabu kita akan mengadakan Tabligh Akbar Isro Mi’raj dan gemuruh lafdzul-Jalalah di masjid At-Tin Taman Mini, 29 Juli 2008 ba’da isya dimasjid Jami At-Tin, kita akan berkumpul lagi ratusan ribu muslimin muslimat dalam Isro wal-Mi’raj Nabi Muhammad SAW dan juga bergemuruh dengan lafdzul-Jalalah, hadirin hadirot kita berdoa agar acara ini sukses, Ya Rahman Ya Rahim tenangkan bumi Jakarta dengan lafdzul-Jalalah, tenangkan bumi Jakarta dengan dzikir nama-Mu Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim tenangkan muslimin muslimat dari segala goncangannya, dengan keagungan nama-Mu Ya Rahman Ya Rahim wa shollallahu ‘ala nabiyyuna Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam wal-hamdulillahi Robbil’alamiin

Kamis, 06 Desember 2012

Islam Itu Agama Yang Mudah



قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
ِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ (صحيح البخاري) 
Sabda Rasulullah saw :
“Sungguh islam itu mudah, tiadalah yang memaksakan dirinya maka ia akan kalah, maka berbuatlah sewajarnya, dan mendekatlah pada perbuatan baik, dan ketahuilah kabar gembira pada amal amal, dan mohonlah (berdoalah) pada pagi hari, sore hari dan sebagian waktu akhir malam” (Shahih Bukhari)


ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah Swt Jalla Wa Alla, Maha Suci Allah Swt yang dengan Kesucian Nya mensucikan jiwa hamba – hamba Nya dari segala keinginan yang hina, yang semakin mulia dan luhur mereka yang mengingat dan mengagungkan Allah, (dan) Tiadalah jiwa yang lebih indah dan bercahaya melebihi jiwa yang mengagungkan Allah… Maha Mensucikan jiwa hamba Nya dari kehendak yang hina, Maha Menjatuhkan keinginan buruk dari sanubari hamba – hamba Nya. Semakin dekat dan rindu seorang hamba kepada Allah, semakin berjatuhan keinginannya untuk berbuat yang munkar.
Demikianlah Cahaya Keagungan Illahi.
Bila telah terbit di dalam sanubari semakin terang benderang hingga sirnalah kegelapan didalam jiwa dan sanubari hamba Nya berganti dengan keinginan luhur, berganti dengan keinginan mulia dan berbuat kebaikan sepanjang sisa waktu dari usianya yang dipinjamkan Allah.
Wahai hamba – hamba Allah yang kita ini adalah milik Allah, yang usia kita dipinjami oleh Allah agar semakin dekat Kehadirat Nya, wahai yang bernafas dan hidup dengan Kehendak Allah.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Telah bersabda Nabiyyuna Muhamamd Saw ketika seseorang wanita yang hamil, Allah memerintahkan Malaikat didalam rahimnya yang selalu menyampaikan Kehadirat Allah. Jika sudah masuk janin ke dalam rahimnya maka Malaikat berkata “Ya Rabb nuthfah” (Wahai Allah janin telah masuk ke dalam rahim). Lantas apabila ia telah menjadi gumpalan darah dengan Kehendak dan Pengaturan Allah. Malaikat mengatakan “Ya Rabb…” (Wahai Allah dan Malaikat terus mengabarkan akan keadaan sang bayi). Wahai Allah telah menjadi gumpalan daging bayi ini, Wahai Allah telah mulai terbentuk bayi ini dan ketika ia hampir berbentuk, kelaminnya ditanyakan oleh Malaikat “Ya Rabb adzakar am untsa”(Wahai Allah apa yang Kau inginkan dari bayi ini, lelaki atau wanita). Maka dengan Kehendak Allah Swt memilihkan kelaminnya dan setelah itu muncullah bayi dan ditiupkan padanya ruh. Berdetaklah jantungnya dan berfungsilah seluruh aliran darahnya, berfungsilah seluruh tubuhnya dan menanti ijin untuk lahir ke muka bumi yang milik Allah, menanti ijin bernafas didunia yang milik Allah, ia pun lahir ke muka bumi dan menyerukan suara dan setelah itu ia hidup dengan Kehendak Illahi. Dialah (Allah) Yang Maha Memiliki setiap kelahiran, Yang Maha Memiliki setiap kehidupan, Yang Maha Menjatuhkan seluruh kekuasaan dengan kematian.
Dialah (Allah) Maha Suci Allah Swt dan beruntunglah hamba – hamba Nya yang selalu ingat bahwa Allah menyukai istighfar dan taubat. Inilah satu – satunya hal yang menyelamatkan para pendosa dari kehinaan dan api neraka. Mereka selamat karena memahami ada Yang Maha Mengampuni yang tiada pernah bosan Mengampuni, Yang Maha Pengasih, Yang Lebih Dermawan dari semua yang dermawan, Yang Maha Diharapkan dari semua yang diharapkan. Dialah (Allah Swt) Jalla Wa Allah.
Hadirin – hadirat, Allah memahami bahwa kita tidak menyukai musibah sehingga Allah berikan semua musibah itu menjadi penghapusan dosa dan menggantikan hal yang tidak kita sukai dengan hal – hal yang lebih indah. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Rasul Saw bersabda “tiadalah seseorang yang meninggal 3 orang anaknya terkecuali Allah jadikan itu sebagai penghalang dari api neraka (hijaban lahu minannaar)”. Berarti kalau seseorang punya anak 3 yang meninggal maka Allah jadikan itu benteng baginya dari api neraka. Betapa pedihnya dan sulitnya dan pahitnya kehilangan seorang anak, bagaimana dengan 3 orang anak? Seakan – akan sirna seluruh kenikmatan yang dia lewati sebelumnya. 3 orang anak yang wafat dari anak – anaknya (misalnya) namun hal itu diganti dengan hijaban lahu minannaar. Kesedihan itu kecil kalau dibandingkan anugerah bebas dari api neraka. Ketika ia melihat api neraka di yaumal qiyamah, ia akan memuji Allah, Maha Suci Engkau Wahai Rabb yang membuat 3 orang anakku wafat dan aku terjaga dari api yang mengerikan ini. Disaat itu kalau seandainya orang sudah melihat api neraka, seandainya ia mempunyai 100 orang anak pun rela dikorbankan demi selamat dari api itu. Seandainya ia mesti melewati kesedihan sepanjang ia lahir hingga ia wafat, ia akan lewati kesedihan itu dan ia anggap gembira jika ia lihat api neraka itu.
Hadirin – hadirat, lalu para Sahabat bertanya “kaifa bi itsnain?” (bagaimana kalau yang 2 orang anaknya yang wafat?). Rasul saw menjawab “bal itsnain” (juga kalau hanya 2 yang wafat) juga menjadi hijab baginya dari api neraka. Kesedihannya dibayar oleh Allah dengan selamat dari api neraka selama – lamanya. Inilah anugerah yang ingin saya kupas dari hadits ini betapa Allah selalu membayar kesedihan kita dengan kebahagiaan yang jauh lebih besar daripada kesedihan itu sendiri. Kalau seandainya seseorang itu melihat 2 anaknya wafat didunia lalu ia tahu kalau di akhirat ia akan masuk api neraka maka betapa tidak berartinya seluruh anaknya kalau ia harus menginjak api neraka. Allah selamatkan itu semua, akan tetapi tentunya kita tidak ingin anak kita wafat. Maka selalulah memohonluthuf (kelembutan) dan kelembutan dari takdir – takdir Ilahi Swt.
Hadirin – hadirat, inilah Keagungan Allah Swt kepada hamba – hamba Nya yang beriman kepad umat Nabi Muhammad Saw dan kita telah mendengar hadits yang bersama – sama kita baca tadi “innaddina yusrun” (agama islam ini mudah). “wala yusyaaddaddina ahadun illa ghalabahu” (seseorang jika memaksakan dirinya untuk taat melebihi kemampuannya, ia akan ditundukkan dan dikalahkan oleh keinginannya sendiri). Maksudnya apa? Al Imam Ibn Hajar didalam kitabnya Fathul Bari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan ketika yang dimaksud “innaddiina yusrun”, agama islam ini mudah maksudnya adalah Allah sudah Maha Mengetahui mana yang sulit bagi kita dan mana yang mudah. Allah jadikan agama ini mudah bagi kita. Jadi kalau kita merasa sulit itu adalah hawa nafsu kita yang berbicara tetapi pada hakekatnya semua umat ini mampu melakukan apa – apa yang diperintahkan oleh Allah Swt.
“Wala yusyaddaddina ahadun illa ghalabahu”, tiadalah seseorang memaksakan dirinya. Dalam hal ini Al Imam Ibn Hajar menjelaskan hal – hal yang sunnah kalau hal – hal yang fardhu (wajib) memang fadhu (wajib) tapi kalau hal – hal yang sunnah jangan paksakan diri kita. Al Imam Ibn Hajar memberi contoh: orang yang memaksakan dirinya untuk melakukan shalat tahajjud yang panjang, boleh saja ia lakukan shalat tahajjud yang panjang tapi kalau ia paksakan secara berlebihan yang akhirnya setelah tahajjud ketiduran dan shalat subuhnya terlewat. Shalat subuhnya adalah hal yang fardhu (wajib), ia paksakan untuk tahajjud yang lama akhirnya shalat subuhnya terlambat. Tentunya hal ini yang dimaksud dalam hadits “wala yusyaaddaddina ahadun illa ghalabahu”, orang yang memaksakan dirinya dalam ketaatan yang lebih dari kemampuannya, ia akan kalah sendiri dengan keinginannya.
“Fasaddidu..”, Al Imam Ibn Hajar didalam kitabnya Fathul Bari mengatakan “tawassuth lil a’mal”(jangan berlebihan dan jangan pula meremehkan, ditengah – tengah saja). Berbuat yang semampu kita dan itu dipertahankan karena “ahabbudin illaihi saw adhdhuwa mahum” demikian riwayat Shahih Bukhari, bahwa yang paling disenangi oleh Sang Nabi Saw dalam amal kita adalah yang berkelanjutan (berkesinambungan). Jadi jika hal itu pun ringan kalau berkesinambungan itu yang lebih disenangi oleh Rasul saw.
Kalau shalat tahajjud rasanya saya sulit bangunnya, ya kalau begitu lakukan shalat witir habis ba’diyah isya. Sudah shalat isya ada shalat sunnah ba’diyah setelah itu shalat witir 3 rakaat, itu sudah termasuk qiyamullail. Kau bangun shalat tahajjud lagi tidak apa – apa tapi jangan shalat witir 2X, karena yang makruh adalah yang witir 2X. kalau malam bangun lagi 2 rakaat, 4 rakaat, 6 rakaat shalat tahajjud, silahkan!!. Bangun tidak bangun sudah melakukan qiyamullail. Kalau bangun shalat tahajjud syukur kalau tidak bangun toh sudah melakukan qiyamullail. Ini yang disebut “tawassuth lil a’mal”.(misalnya) Saya ingin kemuliaan qiyamullail maka lakukan yang mudah, setelah ba’diyah isya lakukan shalat witir 3 rakaat itu sudah melakukan qiyamullail. Tapi saya mau bangun untuk tahajjud, ya kalau bangun tahajjud lakukan dan kalau tidak bangun qiyamullail sudah kita lakukan dengan shalat witir sudah dapat pahalanya. Sudah bisa melakukan qiyamullail setiap malam dengan shalat witir. Demikian hadirin – hadirat diantara kemudahan – kemudahan yang ditunjukkan dan bila kita dawamkan itu afdhal.
Oleh sebab itu Rasul Saw bersabda tadi “fasaddidu wa qaribu”, apa makna “qaribu” disini, Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam kitabnya Fathul Bari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan “kalau tidak mampu kau perbuat hal yang sedemikian sempurna yang kau ketahui, perbuat amal yang dekat dengan itu, yang dekat kepadanya”. Seandainya kita dengar sebaik – baiknya puasa adalah puasa Nabi Daud, kata Rasul saw. Puasa sehari batal sehari, puasa lagi batal lagi. Itu puasa yang paling afdhal). Kita tidak mampu, ya kalau gitu puasa senin – kamis. Saya sibuk banyak pekerjaan, kalau begitu 3 hari dalam 1 bulan. Sibuk tidak mampu atau sakit atau banyak halangannya untuk melakukan puasa. Lakukan puasa syawal, lakukan puasa pada hari asyura, puasa pada hari arafah yang hanya datang 1 tahun sekali. Puasa arafah setahun sekali, puasa hari asyura setahun sekali, puasa syawal 1 minggu saja dalam 1 tahun.
Demikian hadirin – hadirat “wa qaribu”, dekatkan dengan diri kita. Saya mampunya hanya puasa fardhu (wajib) saja, puasa ramadhan. Tambah 1 hari setahun sekali puasa asysyura,
(ketahuilah bahwa) itu sebelum puasa ramadhan diwajibkan, puasa asyura sudah menjadi puasa wajib. Sebelum diwajibkan puasa bulan ramadhan, puasa asysyura wajib. Setelah muncul kewajiban puasa dibulan ramadhan, puasa asysyura menjadi sunnah muakkadah. Itu 1 tahun sekali, kalau tidak mampu puasa sunnah seminggu sekali, sebulan sekali, setahun sekali. Puasa arafah setahun sekali. Demikian hadirin – hadirat, tahun depan tambah 2X arafah dan asysyura, tahun depannya lagi tambah syawal (1 minggu), arafah, asysyura 3X saja setahun. Tahun depannya barangkali bisa ditambah 2 bulan sekali, terus demikian riwayat Shahih Bukhari “yang paling disenangi Rasul saw adalah amal yang berkesinambungan”. Kalau amal sekali saja memang tidak boleh? Boleh, tapi yang berkesinambungan lebih afdhal. Ini kita bicara hal yang sunnah dan hal yang wajib tentu sudah jelas.
“Wa qaribu wa absyiru” (dan pahamilah hal – hal yang membuat kau gembira didalam ibadah daripada bisyarah bisyarah dan kabar – kabar mulia yang muncul itu pahami dan kabarkan). Kita sudah melakukan shalat witir, Alhamdulillah setiap malam shalat witir. Kenali kemuliaan pahala qiyamullail, seperti apa. “absyiru” katakan pada orang lain dan senangkan dirimu. Kalau qiyamullail itu pahalanya begini, begini, begini, itu yang dimaksud. Ketika kita beramal ibadah hadirkan didalam hati kita kemuliaan ibadah itu. Saya Alhamdulillah selalu hadir di majelis setiap malam selasa, hadirkan kemuliaan ibadah seperti ini. Allah Swt sudah mengatakan dari seluruh riwayat Shahih Bukhari dan Muslim “orang yang duduk di majelis dzikir dan majelis taklim, itu semua yang duduk disitu tidak akan dihinakan oleh Allah Swt yang duduk bersama berdzikir dan orang yang bertakdhim dan bershalawat, semuanya itu larut di majelis dzikir”.
Hadirin – hadirat inilah yang disebut “wa absyiru” agar bangkit semangat kita didalam ibadah lebih daripada yang ada. Kita sedang shalat 5 waktu, bangkitkan kemuliaan itu bahwa kau sedang berhadapan dengan Rabbul Alamin. Inilah detik – detik terindah sepanjang waktu kita hidup hingga kita wafat belum ada detik – detik lebih agung daripada saat kita shalat, saat kita sujud. Ingatlah kemuliaan sujud itu bahwa Allah mengharamkan anggota sujud dibakar api neraka. “Innallaha harama alannaar an ta’kula min ibn adam atsarassujud” riwayat Shahih Bukhari sabda Rasul saw “Allah mengharamkan api neraka untuk membakar anggota sujud”. Ingat itu disaat kita bersujud, dan sedekat – dekat hamba kepada Allah. Hamba yang sangat dekat kepada Allah adalah saat ia bersujud. Sedang sujud ingat itu, sedang dzikir kemuliaannya, sedang puasa ingat kemuliaannya, sedang shalat ingat kemuliaan, berhadapan dengan ayah ibumu ingat kemuliaannya, ingat keberkahannya. Demikianabsyiru.
Setelah itu Rasul Saw mengajari kita untuk banyak berdoa tapi Rasul saw mengajari 3 waktu yang paling afdhal padanya doa didalam setiap hari yaitu “wasta’inu bil qhudwati warrawhati wa syain minadduljah” (mohonlah pertolongan Allah pada 3 waktu yaitu disaat pagi). Ghudwah adalah mulai selesai fajr hingga waktu dhuha, sebagian ulama mengatakan sampai sebelum waktu zawal. Jadi 10 menit sebelum adzan dhuhur itu waktu zawal. Sebelum itu dari mulai waktu subuh (waktu pagi), doa – doa diijabah (dikabulkan) oleh Allah Swt.
“Warrawhah”, rawhah adalah beberapa saat sebelum ashar sampai terbenamnya matahari. Disaat – saat seperti itu banyaklah berdoa, kata Rasul Saw. “wa syain minadduljah” yang paling afdhol di detik – detik akhir sepertiga malam terakhir sebelum adzan subuh. Jadi sebelum adzan subuh, kalau sepertiga malam terakhir bisa dihitung sendiri dari isya sampai adzan subuh dibagi 3, sepertiga terakhir itu waktunya, kira – kira jam 02.30 atau 03.00 WIB. Detik – detik sebelum adzan subuh, itulah detik – detik paling afdhal untuk berdoa dan di detik – detik itulah kelahiran Sayyidina Muhammad Saw, beliau lahir beberapa detik sebelum terbitnya fajar.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt memuliakan hamba – hamba Nya dengan tuntunan keluhuran dengan sunnah Nabi Nya, Muhammad Saw. Mereka semakin dekat kepada Allah Swt dan Allah jadikan agama islam ini mudah. Makin ingin seseorang mendalaminya makin dipermudah oleh Allah Swt urusan dunianya dan akhiratnya. Dan bukan berarti seseorang yang bekerja itu dia orang yang duniawi karena pekerjaan itu kalau diniatkan memberi nafkah menjadi pahala shadaqah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw“orang yang memberi nafkah kepada keluarganya maka ia mendapat pahala shadaqah”.Itulah hadirin – hadirat, jadi bekerja mendapatkan nafkah untuk keluarganya itu ada pahalanya dari Allah. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Rasul saw bersabda “barangsiapa yang bekerja untuk menafkahi para fuqara, dia bekerja untuk dirinya tentunya dan keuntungan dari pekerjaannya itu untuk fuqara maka baginya itu pahala seakan – akan orang yang berpuasa di malam hari dan yang shalat malam di sepanjang malam”.
Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Semakin seseorang dekat dan mengamalkan sunnah Sang Nabi saw, dia akan semakin sempurna dan demikian pula masyarakat. Semakin meluas ajaran sunnah Nabi Muhammad Saw maka akan semakin damai masyarakatnya. Beberapa waktu yang silam diwilayah Shibam di Hadramaut ada seorang qadhi (hakim). Di Shibam kebanyakan ulama, shalihin banyak disitu. Qadhi (hakim) itu 20 tahun bertugas menjadi hakim di wilayah Shibam. Setelah selesai jabatannya ia kembalikan semua penghasilan bulanannya, karena hakim kan ada gajinya, ada bulanannya dikembalikan yang selama 20 tahun. Dikembalikan kepada amir (pemimpin). “Kenapa dikembalikan?” Hakim menjawab “saya tidak bekerja. 20 tahun saya jadi hakim tidak ada 1 kasus pun”. Selama 20 tahun ia menjadi qadhi (hakim), tidak satu pun ada pengaduan kepada hakim.
Demikianlah masyarakat yang nabawiy, kalau sudah masyarakatnya asyik dengan sunnah Nabi Muhammad Saw tidak ada lagi hal – hal yang bersifat munkar. Ada satu yang mencaci temannya yang lain memaafkan, yang satu berbuat dholimi yang lain menasehati. “Tidak ada 1 kasus pun”, kata sang hakim. “20 tahun aku disini, tapi aku makan penghasilan tiap bulan makan dikasih, aku tidak mau memakannya karena aku tidak bekerja sebagai hakim, aku ditunjuk jadi hakim selama 20 tahun disini tidak ada kasus 1 pun yang datang kepadaku”. Demikian hadirin – hadirat, sampai ia selesai dari jabatannya dan tidak ada 1 kasus pun di wilayah itu, demikian indahnya masyarakat kalau sudah berjalan dengan sunnah Nabi Muhammad Saw. Allah berikan keberkahan, Allah berikan keluasan.
Demikian hadirin – hadirat yang dimulaikan Allah,
Saya pernah berkunjung ke Pulau Bengkalis diwilayah Riau. Pulau ini pulau yang kaya raya, Sampai ditempat pertama kali yang saya Tanya “bagaimana keadaan pulau ini?” mereka berkata “Habib, di pulau ini tidak ada bar, tidak ada diskotik, tidak ada café, tidak ada perjudian, tidak ada tempat zina, tidak ada itu semua”. Kenapa? Masyarakatnya tidak mau. Pernah buka disini bar, diskotik tapi tidak laku, tutup sendiri karena masyarakatnya tidak mau itu. Masjid ramai, pesantren ramai, majelis taklim ramai. Ada orang buka bar, buka diskotik tutup sendiri karena tidak laku. Jadi Habib disini tidak ada tempat maksiat karena masyarakatnya tidak mau. Subhanallah!! Kaya raya, Allah limpahkan keberkahan sebagaimana firman Allah “walaw anna ahlalqura amanu wattaqa lafatahnaa a’laihim barakaati minassamaai wal ardh” QS. Al A’raf : 76 (kalau seandainya masyarakat itu beriman dan bertaqwa, Allah limpahkan keberkahan dari langit dan bumi).
Hadirin – hadirat demikian indahnya seseorang dan masyarakat yang mencintai sunnah Nabi Muhammad Saw. Rasul Saw selalu menuntuk kita kepada kesucian hidup. Oleh sebab itu diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Rasul saw membanggakan umatnya “inna ummati yud’auna yaumal qiyamah Ghurran muhajjilin” (sungguh umatku di hari kiamat terang benderang wajah mereka itu).“famanisthatha’uu an yuthiila ghurratahu falyaf’al” demikian riwayat Shahih Bukhari. Maka kalian, kata Rasul “yang mempunyai kemampuan maka luaskan anggota wudhu (wajah, tangan, kaki) dan itu kalau saat membasuh wajah jangan diwajah saja namun diteruskan sampai lewat leher sampai ke telinga dan airnya diperluas. Disaat membasuh tangan dipanjangkan sampai diatas siku, itu bukan mubazir, itu adalah Ghurran Muhajjilin.
Hadirin – hadirat panjangkan sampai melewati siku, demikian juga membasuh kaki panjangkan sampai diatas pertengahan antara lutut dan mata kaki (tengah tengahnya) jadi sampai betis panjangkan itu air”. Itu kenapa? itu membuat anggota tubuh kita terang benderang di yaumal qiyamah. Rasul Saw membanggakan umatnya, anggota wudhu mereka terang benderang bercahaya. Dikenangnya umat Nabi Muhammad Saw dengan anggota wudhunya yang diberi cahaya oleh Allah Swt. Dan membasuh rambut, basuh seluruh bagian rambut sampai seluruhnya dan demikian pula telinga. Sempurnakan wudhu kita kalau kita berwudhu. Ini salah satu dari wasiat Nabi kita Muhammad Saw.
Demikian pula diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa Sayyidina Utsman radiyallahu anhum berwudhu menghadap kiblat lantas beliau berwudhu dengan tenang dan dinikmati lalu melakukan shalat sunnah 2 rakaat. Setelah itu ditanya oleh Sahabat lain, “kau ini berbuat begini kenapa wahai khalifah Amirul Mukminin? Apakah Rasul saw mengajarkan begini?”, Sayyidina Utsman berkata “Rasul saw berkata barangsiapa yang berwudhu dengan sebaik – baiknya, ia perindah wudhunya, perlahan – lahan, tidak terburu – buru, menghadap kiblat, menutup aurat, dalam keadaan seperti itu lalu ia shalat sunnah 2 rakaat tanpa berkata – kata dari mulai berwudhu sampai shalatnya usahakan tidak banyak bicara maka Allah akan mengampuni dosa – dosanya”. Dan kudengar ini langsung dari Rasulullah saw. Demikian dikatakan Sayyidina Ustman bin Affan radiyallahu anhum.
Hadirin – hadirat, para sahabat radiyallahu anhum adalah orang – orang yang paling mencintai Rasulullah Saw. Cinta mereka kepada Rasul saw sangat – sangat dahsyat sampai dikatakan ketika Sayyidina Abu Hurairah radiyallahu anhu berhadapan dengan Rasul saw saat itu beliau sedang junub (sedang dalam keadaan hadats besar) maka Abu Hurairah radiyallahu anhu cepat – cepat pergi meninggalkan Rasul saw. Ketika jumpa dengan Rasul saw ditanya “aina kunta ya Abu Huhairah?”,kau tadi dimana ya Abu Hurairah? kenapa lari sembunyi? Berkata Abu Hurairah “kuntu junuban Ya Rasulullah”, wahai Rasulullah tadi aku sedang hadats besar belum mandi junub (mandi wajib). “wa akrahu an ujaalisaka illa wa ana alaa thaharah”, dan aku tidak mau duduk bersamamu dan menghadapmu terkecuali dalam keadaan suci. Demikian cinta mereka (para sahabat) kepada Sayyidina Muhammad Saw.
Dan tentunya kita ingat 1 nama, manusia yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad Saw dari semua nama para sahabatnya. Siapakah ia? Sayyidatuna Fatimah Azzahra radiyallahu anha, putri tercintanya yang paling dicintai Rasul saw dari semua sahabat radiyallahu anhum. Terbukti bagaimana kita dengar ketika Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq radiyallahu anhum. Ketika Rasul saw wafat, Sayyidina Abu Bakar ini kalau selesai shalat malam terdengar suara gemuruh dari dadanya bagaikan suara air yang bergolak dan ketika ia wafat tercium bau hati yang terbakar, hati yang terpanggang. Hati kalau dibakar baunya seperti itu tercium dari mulutnya Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq maka ketika ditanya kenapa maka salah satu riwayat mengatakan “itu adalah karena tidak tahannya menahan kerinduan kepada Rasulullah Saw”. Dan ternyata hal itu telah didahului oleh Sayyidatuna Fatimah Azzahra radiyallahu anha yang ketika setelah wafatnya Rasul saw, ia tidak lagi keluar dari rumahnya dan terus berada dirumahnya dan keluar hanya beberapa saat untuk berjumpa dengan Amirul Mukminin Abu Bakar Ashshiddiq dan setelah itu tidak keluar dari rumahnya. Beberapa bulan kemudian ialah yang pertama kali wafat dari para sahabat Rasul sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, “Rasul saw berkata kepada Sayyidatuna Fatimah bahwa engkaulah yang paling pertama menjumpaiku dari para kekasihku”. Maksudnya dari semua orang – orang yang dicintai oleh Rasul saw dari kalangan sahabat yang paling pertama kali menjumpai Rasul Saw di alam barzah adalah Sayyidatuna Fatimah. Terbukti beliaulah yang pertama kali wafat setelah Rasul Saw wafat.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq radiyallahu anhum tahu kemuliaan derajat Sayyidatuna Fatimah Azzahra radiyallahu anha. Sebagian orang di masa sekarang mengatakan Abu Bakar Ashshiddiq itu tidak mencintai ahlul bait, hal ini tentunya salah karena riwayat Imam Ibn Hajar didalam Fathul Bari bisyarah Shahih Bukhari ketika Abu Bakar Ashshiddiq ditanya bahwa Sayyidatuna Fatimah Azzahra tersinggung atas ucapannya maka Abu Bakar Ashshiddiq datang kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib mohon ijin untuk minta ridho kepada Sayyidatuna Fatimah Azzahra” , dan Sayyidina Abubakar Asshiddiq ra dating pada sayyidah Fatimah Azzahra mohon ridho dan mohon maaf atas kesalahannya dan ia tidak keluar dari rumahnya Sayyidatuna Fatimah sebelum Sayyidatuna Fatimah Azzahra ridho memaafkan kesalahan Abu Bakar Ashshiddiq. Maka berkata Imam Ibn Hajar Al Asqalani riwayat ini menyelesaikan permasalahan yang saat sekarang ini dipermasalahkan.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Kita gembira dengan hari – hari mulia kita yang semakin dekat dengan kedatangan Guru Mulia Al Hafidh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh yang Insya Aallah akan tiba pada tanggal 8 Januari 2008, hari Kamis yang malam itu akan langsung diadakan acara malam jum’at di gedung Dalail Khairat, komplek hankam, Cidodol. Mulai pk. 20.30 WIB sebagaimana biasa dan tentunya hari jum’at beliau akan khutbah jum’at di Masjid Al Hawi dan malam minggunya (malam ahad) ziarah kubro ke Luar Batang dan pada malam selasa hadir bersama kita Insya Allah tanggal 12 Januari 2008 dan pada tanggal 11 Januari 2008 (hari ahad) Haul Imam Fakhrul Wujud Abu Bakar bin Salim di Cidodol sebagaimana biasanya. Nanti jadwal akan kita bagikan, dan kita berdoa agar acara – acara ini sukses dan tidak ada hambatan sama sekali.
Kita juga bermunajat agar Allah Swt memberikan kemudahan dan kelancaran bagi acara kita di malam 1 Januari 2009 kita akan berdzikir bersama untuk mengimbangi maksiat yang banyak muncul di malam 1 Januari. Riuh orang – orang dengan meniup terompet di malam 1 Januari, kita akan gemuruhkan malam itu dengan ratusan ribu muslimin yang menggebu karena menyebut Nama Allah .. Allah.. dan semoga Allah Swt memberikan kemudahan kepada kita dalam pengadaan acara ini.
Kita bermunajat untuk diri kita dan seluruh muslimin dan semua pemirsa yang mendengarkan di Radio RASfm semoga Allah melimpahkan keberkahan bagi kita. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram pandanglah seluruh jiwa kami seluruh sanubari kami, pastikan seluruh nama – nama kami didalam nama – nama yang Kau limpahi Rahmat Keberkahan dunia dan akhirat, dhahiran wa bathinan. Ya Rahman Ya Rahim RahmatMu yang kami minta yang tiada memiliki kecuali Kau Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi, Lmpahkan Rahmat kepada hamba Mu yang terbenam dan terbitnya matahari. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Kau limpahkan Rahmat kepada kami, limpahkan Rahmat kepada rumah tangga kami, kepada diri kami, kepada segala aktifitas kami, Ya Dzaljalali wal ikram Yadzaththauli wal in’am Ya Rahman Ya Rahim Wahai Yang Menamakan diri Mu Rahman dan Rahim, Wahai Yang Menamakan diri Mu Arhamur Rahimin Yang Maha Pengasih melebihi semua yang berkasih sayang, Ya Dzaljalali wal ikram Ya Rahman Ya Rahim beri kami kesempatan memandang indahnya Dzat Mu Yang Maha Indah dan jadikan jiwa – jiwa kami selalu bercahaya dengan cahaya keindahan Mu siang dan malam, jadikan hari – hari kami dilimpahi kebahagiaan dan rahmat sepanjang waktu dan zaman. Ya Rahman Ya Rahim sampai kami wafat jadikan wafat kami adalah awal dari kebahagiaan yang kekal, Ya Rahman Ya Rahim jadikan kehidupan kami sebagai gelombang Rahmat Mu demi menjenjang kebahagiaan yang abadi, jadikan ayah bunda kami dimuliakan dunia wal akhirat, ampuni dosa kami dan dosa ayah bunda kami. Ya Rahman Ya Rahim dan jagalah keturunan kami, anak – anak kami Rabbiy jangan Kau jadikan mereka kelak terjebak didalam perzinahan, atau dalam perjudian, atau dalam segala kemunkaran, pelihara anak – anak keturunan kami Ya Rahman Ya Rahim pelihara keluarga dan kerabat kami, maafkan teman – teman yang dalam kemaksiatan, hujani mereka dengan hidayah.
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selasa, 04 Desember 2012

Diantara Rumah dan Mimbar Rasulullah saw adalah Taman-Taman Sorga



قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ وَمِنْبَرِي عَلَى حَوْضِي (صحيح البخاري 
Sabda Rasulullah saw :
“Diantara rumahku dan mimbarku adalah taman-taman sorga, dan mimbarku diatas telaga Haudh” (Shahih Bukhari)


ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah, Maha Raja Langit dan Bumi, Maha Menciptakan seluruh alam semesta dari ketiadaan, Maha Membentangkan angkasa raya dengan Kesempurnaan, Maha Berjasa atas setiap kehidupan dengan jasa yang tiada pernah terbayar dengan syukur dan sujud, Maha Suci Allah Swt yang telah membangkitkan kepada kita Sang Pembawa Risalah, Pembawa Kedamaian Dunia, Rahmatan Lil Alamin (Sayyidina Muhammad Saw), Pembawa Ketenangan di dalam kehidupan, Pembawa Kebahagiaan yang mengajar bimbingan terluhur dari segenap bimbingan. Sayyidina Muhammad Saw idolaku dan idola kalian, Sang Pembawa Akhlak Terluhur, manusia yang paling ramah, manusia yang paling bersopan santun, manusia yang paling banyak tersenyum, manusia yang paling indah budi pekertinya, mengajarkan bakti kepada Ayah dan Bunda, mengajarkan bakti kepada tetangga, mengajarkan bakti kepada rumah tangga, mengajarkan bakti kepada keluarga, mengajarkan bakti dan pembawa kedamaian bagi masyarakatnya…, Sayyidina Muhammad Saw.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Cahaya kesucian Allah yang berpijar di dalam jiwa Sang Nabi saw menerangi hamba hamba Nya dengan Alqur’anul karim sebagaimana firman Allah Swt “menyeru ke jalan Allah dengan kehendak Allah dan menjadi pelita yang terang benderang” (QS AL Ahzab 46). Walaupun beliau (Nabi Saw) teah wafat tetapi perjuangan dan bakti beliau dan jasa beliau tetap membekas dari zaman ke zaman di permukaan Barat dan Timur.
Hadirin hadirat,
Sang Pembawa Rahmatnya Allah Swt), kekasihku dan kekasih kalian, idolaku dan idola kalian.., Sayyidina Nabi Muhammad Saw. Allah Swt berfirman : “Demi bintang bila telah berpijar benderang” (QS Annajm 1). Najm adalah bintang yang mempunyai cahaya yang berpijar, Bintang di dalam bahasa arab ada 2 yaitu Najm dan Kawkab. Perbedaan Najm dan Kawkab, Kawkab adalah bintang yang cahayanya adalah pantulan dari cahaya bintang lain, kalau Najm adalah bintang yang bercahaya dengan cahaya sendiri.
Bulan termasuk Kawkab karena tidak bercahaya, namun mengambil cahaya dari matahari, dan matahari termasuk Najm karena berpijar dengan cahaya sendiri.
Allah Swt bersumpah demi bintang yang berpijar dengan keindahan. Sebagaian para ahli tafsir menjelaskan bahwa An Najm ini adalah Sayyidina Muhammad Saw. Ketika sedang berhadapan dengan Rabbul Alamin, sedang dalam puncak kerinduannya kepada Allah, berpijar dengan kerinduan pencipta Nya (Allah Swt). Demi sang bintang yang berpijar dengan cahaya yang indah, yang tentunya sebagian para ulama mengatakan yang dimaksud adalah Nabiyyuna Muhammad Saw karena beliaulah cahaya yang berpijar yang diberi gelar oleh Allah siraajan muniiraa (pelita yang terang benderang). Kalau bintang bintang itu kan akan sirna di hari kiamat terkecuali bintang yang berpijar yaitu kekasih Allah yang tercinta Sayyidina Muhammad Saw. "Beliau (Nabi Saw) itu bukan orang yang tidak mengerti dan bukan pula orang yang menipu"( QS Annajm 2). Dengan kejadian apa? dengan kejadian setiap ucapan dan kalimat kalimatnya yang menyampaikan Alqur’anul karim.
Allah Swt meneruskan firmannya “beliau (Nabi Saw) tidak berbicara dari hawa nafsunya kecuali wahyu yang diwahyukan Allah Swt kepada beliau” (QS Annajm 3). 
Kalimat kalimat tersuci yang ada di alam, kalimat kalimat yang teragung yang muncul didalam tuntunan Sang Nabi Saw, yang dengan itu menenangkan hamba Nya, mereka yang dalam kesedihan atau di dalam permasalahan atau di dalam musibah akan tenang dan terus bersabar akan terangkat dari musibahnya dengan segera karena jiwa yang dipenuhi cahaya Sang Pembawa Al Qur’an, jiwa yang dipenuhi cahaya Allah dan Iman dan juga mereka yang dilimpahi kenikmatan dan keluasan tidak menjadi kufur dan sombong. Kenapa? karena ada cahaya iman. "Diajarkan pada beliau (saw) oleh yg dahsyat kekuatannya (jibril as)" (QS Annajm 4), Diajarkan kepadanya (saw), Jibril As yang Allah gelari Shadidul quwaa (dahsyah kekuatannya) Malaikat Jibril As. Yang diberi kemuliaan dan kekuatan oleh Allah Swt yaitu malaikat Jibril As.
Diriwayatkan oleh Imam Ibn Abbas ra di dalam tafsirnya bahwa ketika Jibril As lewat di Masjidil Aqsa melihat iblis dan saat itu iblis itu terkena angin daripada sayapnya Jibril As sehingga iblis itu terlempar sampai ke India. Demikian dahsyatnya kekuatan malaikat Jibril As.
Hadirin hadirat Allah menjelaskan bahwa Al Qur’an ini diturunkan kepada Sang Nabi saw oleh makhluk Nya yang paling kuat yaitu Jibril As diberi kekuatan oleh Allah. Tapi sekuat kuatnya Jibril As, Jibril As tidak mampu berhadapan dengan Allah, terkecuali Sayyidina Muhammad Saw. Dan berjumpa Jibril As dengan Sang Nabi Saw membawa beliau sampai kepada apa? dan disaat itu Sang Nabi Saw diangkat oleh Allah di ufuk agung yang tertinggi. Lantas Sang Nabi Saw mendekat kehadirat Allah Swt. Sedemikian dekatnya, seakan akan dekatnya 2 hasta dengan Rabbul Alamin. (Firman Allah swt : "Pemilik kekuatan sempurna, dan ia (nabi saw) di ufuk yg tinggi, lalu ia mendekat dan mendekat, hingga sangat dekat sejarak dua hasta atau lebih dekat, maka diwahyukan pada hamba Nya (Rasul saw) dari wahyu wahyu Nya, dan sungguh hatinya tak berdusta atas apa apa yg telah dilihatnya, apakah kalian meragukan apa yg dilihatnya?" QS Annajm 5-12), ,Sangat dekat makhluk yang paling disucikan Allah Yang Maha Suci sehingga Allah memberikan perumpamaan “seakan akan dekatnya 2 hasta bahkan lebih dekat lagi”. Diwahyukanlah kepada hamba Nya apa apa yang ingin diwahyukannya oleh Allah. Sang kekasih, sanubari mulia itu tidak berdusta atas apa yang diucapkannya.
Imam Ibn Abbas ra di dalam tafsirnya menukil salah satu pendapat bahwa Nabi saw tidak melihat Allah dengan matanya tetapi melihat Allah dengan sanubari dan jiwanya.
karena kekuatan jiwa dan sanubari lebih tajam dari kekuatan penglihatan. Kekuatan penglihatan terbatas tetapi kekuatan jiwa dan sanubari jauh lebih tajam menangkap perjumpaan yang demikian agungnya dengan Rabbul Alamin. Penglihatan bisa berkedip dan terpejam tapi jiwa dan sanubari tidak berkedip.
Demikian pendengaran, demikian panca indera ada batasnya tetapi kemuliaan jiwa dan sanubari jauh lebih tajam. Oleh sebab itu Sang Nabi saw berhadapan dengan Allah dengan jiwanya. Kalau seandainya berhadapan dengan jiwa dan sanubarinya maka seluruh panca inderanya sudah pasti berhadapan,
demikian Al Imam Ibn Abbas menjelaskan di dalam tafsirnya. Beliau (Nabi Saw) melihat Allah dengan jiwanya dan itu telah terangkum dengan seluruh panca indera beliau. Apakah kalian masih meragukan apa apa yang dilihat Sang Nabi saw. Demikian agungnya penjumpaan Sang Nabi saw dengan Allah di malam yang suci itu dan ternyata keberkahan bukan hanya sampai disitu, justru itu adalah salah satu awal kebangkitan munculnya ajaran kedamaian di muka bumi. Kembalilah Sang Nabi saw ke muka bumi di dalam perjuangannya menegakkan Rahmat Lil Alamin. Tugas utama Sang Nabi Saw adalah Rahmatan Lil Alamin.
Sampailah kita kepada hadits mulia ini yang memberi kejelasan bahwa walaupun beliau sudah tidak berada di tengah tengah kita di dalam kehidupannya tapi mimbar beliau dan rumah beliau, apa apa yang ada diantara mimbar dan rumah beliau masih tetap taman taman surganya Allah Swt.
"Apa apa yang ada diantara mimbarku dan rumahku adalah taman taman surga".Menunjukkan bekas perjuangan beliau (Nabi Saw) tidak pernah sirna. Oleh sebab itu Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam kitabnya Fathul Bari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan bahwa makna dari hadits ini adalah pendapat mereka yang mengatakan bahwa raudhah itu yang ada di Masjid Nabawiy antara mimbar dan kubur beliau itu yang disebut raudhah. Tempat itu lebih afdhal, dari Makkah Al Mukarramah ada sebagian pendapat yang mengatakan demikian tapi yang diluar itu tentunya adalah Masjid Al Haram lebih afdhal. Karena apa? karena ada haditsnya yang menjelaskan bahwa raudhah itu adalah taman taman surga.
Al Imam Ibn Hajar mengatakan sebagian ulama menjelaskan raudhah itu kelak akan dimunculkan oleh Allah dan dipindahkan di dalam surganya Allah Swt. Dan mimbarku berada diatas telaga haudh.Namun kesimpulan daripada hadits ini bahwa perjuangan Sang Nabi Saw tidak akan sirna dan keberkahan akan terus maju. Bagi mereka mereka yang ingin meneruskan perjuangan beliau (Nabi Saw) kemenangan akan selalu menjelang..
Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, Rasul Saw bersabda “tidak akan ada habis habisnya kelompok dari umatku ada yang terus muncul diantara umatku berdakwah (pada kebenaran) mereka tidak akan sirna sampai sampai di hadapan Allah Swt”. Demikian mulianya kelompok ini, dijamin oleh Sang Nabi saw tetap ada dan membawa kedamaian.
Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu walaupun kerusakan yang terus terjadi diantara umat dan masyarakat kita. Munculnya narkoba yang semakin dahsyat dan segala hal yang bersifat munkar, ini semua pasti akan terbenahi jika muncul muncul kelompok kelompok yang ingin membenahi umat dengan kedamaian dan dengan rahmatan lil alamin. Ini akan terbenahi.
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, semoga Allah Swt mengelompokkan majelis kita diantara mereka yang disabdakan oleh Sang Nabi Saw “tidak akan ada habis habisnya kelompok dari umatku akan terus ada, yang terus membawa tuntunanku dan bimbinganku, yang mneruskan perjuangan akhlak beliau, yang meneruskan sunnah beliau, yang meneruskan kedamaian yang dibawa oleh beliau”.
Inilah hari pahlawan kita. Hadirin hadirat,
mereka nenek moyang kita, kakek kakek kita berjuang dengans senjata apa adanya, Allah Swt berikan kemenangan karena kekuatan niatnya. Karena perjuangan merekalah kita bisa terlepas dari para penjajah dan tentunya kita tidak mau pisah dengan mereka begitu saja. Kita ingin bersatu dan bersama mereka dalam satu perjuangan thaifah ba’da thaifah. Generasi demi generasi dan sebelumnya dan sebelumnya sampai kepada generasi Sayyidina Muhammad Saw.
Ya Rahman Ya Rahim kuatkan jiwa kami untuk selalu bersatu dalam niat dengan para syuhada kami, dengan para pahlawan kami yang telah melewati dan menjadikan bumi Indonesia ini bersatu dalam kemakmuran dan kedamaian, Rabbiy Ya Rahman Ya Rahim mereka telah mengorbankan harta dan nyawanya demi mengusir para penjajah, demi mengusir para pengkhianat yang mendatangi bangsa kita, maka Rabbiy muliakan arwah mereka bersama syuhada dan muqarrabin. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am
dan jadikan kami para penerus perjuangan mereka membawa kedamaian khususnya di bumi Jakarta dan juag wilayah sekitar. Ya Rahman Ya Rahim teruslah berikan bimbingan dan bantuan kepada kami untuk terus mendapatkan keberhasilan didalam membenahi masyarakat di sekitar kami, di dalam membenahi kedamaian, di dalam membenahi akhlak para pemuda kami.
Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am kami telah mendengar sabdamu (Nabi Muhammd Saw) bahwa antara mimbar dan rumah beliau adalah taman taman surga karena tempat itu selalu dilewati oleh perjuangan beliau. Jadikan jiwa kami sebagai taman taman surga. Ya Rahman Ya Rahim dengan kecintaan kepada Nabi kami Muhammad Saw, dengan niat kami untuk terus meneruskan perjuangan akhlak beliau, perjuangan sunnah beliau, Ya Rahman Ya Rahim pastikan kami berada di dalam kelompok yang disabdakan oleh Sang Nabi Saw “tiada henti hentinya sekelompok dari umatku terus ada dari generasi ke generasi membawa kedamaian bagi masyarakat di muka bumi. Pastikan kami diantara mereka Ya Rabb Ya Dzaljalali wal ikram
jadikanlah Rabbiy malam ini malam terindah dalam kehidupan kami, inilah malam doa kami, demi semangat para pahlawan dan syuhada kami Rabbiy, mereka yang telah wafat dan arwah mereka telah berada di dalam kemuliaan, tambahkan kemuliaan mereka dan juga atas kami Ya Rabbiy Ya Rahman Ya Rahim jangan Kau pecah belahkan kami, jangan Kau hancur leburkan bangsa kami, satukan kami dalam satu kalimat muia, didalam kalimat tauhid, didalam keluhuran, didalam kedamaian, didalam kebahagiaan. Ya Rahman Ya Rahiim limpahkan keberkahan bagi kami, limpahkan atas kami kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadikanlah musim hujan yang akan datang membawa rahmat, jangan Kau jadikan musim hujan ini membawa musibah dan jadikan pula kemarau jika akan datang membawa rahmat dan jangan Kau jadikan pula musibah. Ya Dzaljalali wal ikram jadikan setiap nafas kami rahmat, jadikan hari hari kami limpahan anugerah, jadikan siang dan malam kami di limpahi kebahagiaan, limpahkan kemuliaan bagi Ayah Bunda kami dan bagi para pahlawan kami. Mereka Rabbiy, bagi Ayah Bunda kami yang masih hidup limpahkan keberkahan dalam hidupnya, Ayah Bunda kami yang telah wafat muliakan mereka bersama para muqarrabin dan para shidiqqin. Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am
Hadirin hadirat kita berdoa sambil memanggil Nama Allah Yang Maha Luhur dan jadikanlah dalam setiap kalimat itu, doa doamu dan harapanmu kepada Allah Swt dan Insya Allah tiada satupun doa yang kita panjatkan terkecuali dikabulkan oleh Allah Swt. Dengan keberkahan majelis dzikir, dengan Keagungan Nama Allah, dengan Kebesaran dan Cahaya Nama Allah Swt mintalah cahaya kedamaian dan kebahagiaan sepanjang hidup, mintalah cahaya kemegahan dunia dan akhirat, mintalah cahaya kebahagiaan terbit pada hari harimu dan tiada pernah terbenam.
Panggillah Nama Allah Swt sebagaimana firmannya “Ingatlah kalian kepada Allah maka Allah akan mengingat kalian"(QS Al Baqarah 152), dan "Dzikirlah dan sebutlah Nama Allah dengan sebutan yang banyak”(QS Al Ahzab 41). Dan “barangsiapa yang mencintai sesuatu, akan banyak menyebutnya”. Maka jadikanlah kau di kelompok orang yang mencintai Allah Swt, Rabbiy Rabbiy kami telah mendengar hadits qudsi dari NabiMu Muhammad Saw, dari firmanMu Rabbiy Yang Maha Luhur,“sudah kupastikan kasih sayang Ku bagi mereka yang saling berdzikir dan saling bersilaturahmi karena Aku dan saling menyayangi dan bersatu karena Aku, Kupastikan atas mereka kasih sayanKu” kata Allah. Pastikan atas kami kasih sayangMu Ya Rabb, pastikan atas kami cahaya kasih sayangMu Rabbiy yang dengan itu menerbitkan tuma’ninah dan kebahagiaan didalam hari hari kami.
Ya Allah…, Ya Allah…, Ya Allah…, Ya Allah …..
Ya Rahman Ya Rahiim hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, selagi engkau menyebut Nama Allah satu kali engkau lebih dekat kepada Allah Swt, semakin dekat kepada Allah dan semakin jauh dari musibah dan semakin jauh dari cobaan dan semakin jauh dari hambatan karena Dialah Yang Maha Meluaskan segala galanya, mintalah kehadiratNya Yang Maha Melimpahkan Keluasan dan Kebahagiaan, semoa dilimpahkan bagi kita keluasan dunia dan akhirat.
Faquuluuu (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah.. Ya Allah.. Ya Allah.. Ya Allah..
Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh